Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay Apa yang terbayang di pikiran kita saat mendengar kata "Kartini" atau saat merayakan hari K...
Kartini, Emansipasi, dan Wanita Modern Abad 21 - Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada tanggal 21 April 1879. Dia berasal dari golongan keturunan priyayi atau bangsawan Jawa. Kartini digambarkan sebagai wanita lembut, cerdas dan berani mendobrak untuk melakukan suatu perubahan yang lebih baik.
Namun yang paling penting dari semua itu, dia tidak melupakan kodratnya sebagai seorang wanita. Pemikiran-pemikiran kritisnya banyak menyangkut tentang permasalahan sosial pada saat itu, terutama yang menyangkut tentang wanita. Dia adalah seorang pelopor kebangkitan wanita pribumi Indonesia dengan kata sakti yang dibawanya: Emansipasi.
Daftar isi Kartini, Emansipasi, dan Wanita Modern Abad 21:
Arti dan Makna Emansipasi
Konsep emansipasi ini menarik. Apa memang yang namanya emansipasi itu berarti semua sama rata? Apa emansipasi itu berarti wanita mendapatkan hak dan kewajiban yang sama persis seperti yang laki-laki dapatkan? Dan apa yang namanya emansipasi itu berarti wanita bisa mengerjakan semua yang dikerjakan oleh seorang lelaki?
Emansipasi bukanlah hal yang patut dilebih-lebihkan, apalagi dijadikan dalih sebagai tameng untuk membela kepentingan pribadi. Kartini sendiri mungkin akan sedih kalau ternyata emansipasi yang dia perjuangkan dipahami secara salah. Konsep emansipasi lahir karena adanya ketidakadilan yang diberlakukan kepada kaum wanita dan adanya ketidaksamaan hak yang dimiliki oleh wanita dibanding pria karena alasan gender.
Arti emansipasi wanita yang saya pahami adalah suatu persamaan hak yang diberikan kepada kaum wanita tanpa diskriminasi gender. Hak ini harus diberikan secara adil (bukan sama persis) dan proporsional. Seorang wanita harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri dan kaum laki-laki menghormati serta memperlakukan wanita sebagai mana mestinya; tidak meremehkan, tidak mengeksploitasi, apalagi menyiksa.
Wanita merupakan makhluk yang sangat penting bagi laki-laki termasuk saya pribadi. Saya pun lahir dari rahim seorang wanita hebat dan tangguh. Sahabat-sahabat dan teman-teman saya juga banyak yang wanita, Doktor pembimbing waktu S1 dulu juga seorang wanita, dan bahkan nantinya saya juga akan menikah dengan seorang wanita... I need a wife to complete my life. Because life without wife is like fifty without five!
Islam sangat menghormati wanita dan menaruh posisi tinggi terhadapnya. Ini terbukti bahwa di dalam Al-Qur'an ada salah satu surat yang namanya An-Nisa yang berarti wanita. Kemudian Rasulullah dalam salah satu haditsnya menyampaikan bahwa Surga berada di bawah telapak kaki seorang wanita mulia bernama ibu.
Selain itu, pernah ada suatu kisah di mana Rasulullah ditanya oleh sahabatnya tentang siapa yang harus dihormati terlebih dahulu di antara ibu dan ayah, beliah menjawab: "Ibu-mu, ibu-mu, ibu-mu, baru kemudian ayah-mu."
Allah berfirman: "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (hawa) dari dirinya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu." (QS. An-Nisa [4]:1)
Dalam ayat tersebut, Islam memandang bahwa wanita adalah pelengkap bagi-laki-laki. Allah menjadikan laki-laki dan wanita berpasang-pasang kemudian memberikan keturunan kepada mereka. Jadi yang namanya pasangan itu sudah pasti berbeda. Seperti sendok dan garpu, hitam dan putih, sikat gigi dan odol, roti dan mentega, dan seterusnya.
Jadi, fungsi keduanya adalah saling melengkapi dan bukan sebagai pengganti. John Gray dalam buku best seller-nya, "Men Are From Mars and Women Are From Venus" juga mengatakan bahwa secara alami laki-laki dan wanita ini adalah dua makhluk ciptaan yang berbeda dengan karakteristik unik, makanya dia mengatakan sejatinya pria dan wanita itu berasal dari dua planet yang berbeda (Mars dan Venus).
Wanita diberikan rahim untuk melahirkan, diberikan kesabaran untuk memberikan rasa tenteram, diberikan kelembutan untuk menyayangi, diberikan kehangatan untuk mencintai, diberikan keindahan untuk menyenangkan hati, serta diberikan ketegaran sebagai penopang yang tangguh bagi pria. Sudah jelas bahwa wanita itu berbeda dengan laki-laki. Mustahil jika wanita ingin diberikan hak yang sama persis dengan laki-laki. Tapi yang tepat adalah, diberikan hak yang adil.
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah SWT., kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, karena bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bagi perempuan juga ada bagian dari apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bermohonlah kepada Allah dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nisa [4]:32)
Jadi sudah jelas bahwa laki-laki itu sudah mendapatkan bagiannya sendiri dan wanita mendapat bagiannya sendiri juga. Tidak mungkin wanita menuntut hak yang sama seperti laki-laki. Contohnya, ada beberapa pekerjaan yang wanita tidak bisa lakukan seperti laki-laki, seperti menjadi seorang hakim utama yang memutuskan perkara.
Karena kodratnya wanita lebih menggunakan perasaan di banding laki-laki yang lebih menggunakan logika, dan itu akan berpengaruh terhadap keputusan yang diberikan oleh seorang hakim wanita. Akan menjadi tidak lucu kalau tiba-tiba seorang hakim wanita menangis saat mengetok palu dan memberikan keputusan karena terharu dengan kasus yang dihadapi oleh korban.
Lalu apa emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh Kartini dalam memperjuangkan harkat dan martabat kaum wanita Indonesia? Emansipasi yang dibawa Kartini adalah bagaimana kaum wanita pribumi pada saat itu diberikan akses yang sama untuk dapat belajar dan menuntut ilmu seperti pria.
Kartini juga menggugat budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan bagi wanita untuk mengembangkan diri akibat kungkungan adat yang mengharuskan wanita hanya boleh berada di rumah, tidak boleh sekolah, dan harus setuju dinikahkan dengan siapa pun meskipun menjadi istri kedua, ketiga atau keempat. Istilahnya, tempat wanita itu hanya ada di kasur (melayani suami), dapur (memasak), dan sumur (mencuci). Inilah hal yang ingin diubah dan diperjuangkan Kartini.
Kartini Modern Abad 21
Kartini modern abad 21 adalah wanita yang dengan ilmu yang dimilikinya dapat berkontribusi di bidang yang dia geluti untuk kemajuan bangsa dan negara. Kartini modern abad 21 adalah wanita cerdas, kritis, tangguh, dan siap menghadapi kerasnya dunia dan tanggap terhadap perkembangan zaman.
Kartini modern abad 21 tidak boleh melupakan kodratnya sebagai seorang wanita. Seorang karyawati yang baru bekerja boleh saja memiliki pekerjaan yang baik dan karier yang cemerlang, namun dia tetap tidak boleh melupakan perannya sebagai seorang anak yang harus tetap hormat kepada kedua orangtuanya.
Bagi yang sudah menikah, para Kartini abad 21 boleh saja bekerja dan memilki karier yang bagus, namun dia tidak boleh melupakan perannya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dan juga sebagai seorang istri bagi suaminya. Dia harus menjadi wanita yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya dan menjadi istri yang patuh bagi suaminya. Setinggi apa pun gaji serta jabatan seorang wanita, secara kodrat tetap harus tunduk dan patuh terhadap suaminya yang menjadi imam dan pemimpin bagi kaum wanita.
Allah SWT berfirman: "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)... (QS. An-Nisa [4]: 34)
Sebagai penutup, emansipasi wanita merupakan suatu hak yang layak untuk diperjuangkan, namun tidak kebablasan. Emansipasi merupakan suatu persamaan hak dan kesempatan yang diberikan kepada wanita dengan cara proporsional serta adil, dan bukan sama persis.
Relevansinya di masa sekarang adalah bagaimana para wanita Indonesia yang hidup di abad ke-21 ini bisa menjadi Kartini-Kartini baru yang tanggap mengikuti perkembangan zaman, menghasilkan suatu karya, membawa perubahan dan berjuang di bidangnya untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi kemajuan bangsa dan negara, dan yang terpenting adalah, tetap tidak melupakan kodratnya sebagai seorang wanita.
Hari libur (weekend) di Qatar yaitu hari Jum'at dan Sabtu.
Assad, Muhammad. 2011. Notes From Qatar Limited Edition. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
KOMENTAR