Kenapa menyiapkan daftar seperti itu?
Kenapa
menyiapkan daftar seperti itu?
Berburu Beasiswa Full S2 Luar Negeri - Saya memakai hukum kesempatan saja untuk mendapatkan beasiswa full S2 Luar Negeri ini. Ibarat orang nembak 10 kali, masa nggak ada yang kena sekalipun? Sewaktu berburu beasiswa full S1 luar negeri saja, dari tiga kesempatan, akhirnya kena satu. Berarti peluangnya sekitar 33%. Nah, kalau begitu kali ini beasiswa full S2 luar negeri mungkin kurang lebihnya akan sama. Dari 10 universitas beasiswa full S2 di luar negeri di Plan A yang sudah disusun, saya sangat yakin paling tidak 2-3 aplikasi akan diterima.
Saya melalui proses ini kurang lebih 3 bulan, dari mulai mempersiapkan berbagai dokumen yang diminta untuk beasiswa full S2 luar negeri hingga mengikuti serangkaian tes. Beberapa universitas melaksanakan tes beasiswa full S2 luar negeri di Jakarta. Ada juga yang tidak perlu pakai tes beasiswa full S2 luar negeri dan hanya berdasarkan dokumen-dokumen yang diminta (seperti academic transcript S1, TOEFL/IELTS, essays, dan lain-lain). Ada juga universitas yang melakukan wawancara melalui telepon untuk beasiswa full S2 luar negeri ini.
Beasiswa S2 Tanpa TOEFL
Akhirnya benar berlaku hukum kesempatan untuk beasiswa S2 tanpa TOEFL. Setelah melalui semua proses, dari 10 Universitas untuk beasiswa S2 tanpa TOEFL di Plan A, saya diterima di 4 universitas: 2 di Singapura, 1 di Inggris dan 1 di Qatar. Ini berarti peluang mendapatkan beasiswa S2 tanpa TOEFL naik jadi 40%, dibandingkan yang pertama. Sisa 6 universitas yang lain, beberapa menolak dan beberapa lagi tidak ada kabar tentang beasiswa S2 tanpa TOEFL ini.
Menariknya, dari 4 universitas beasiswa S2 Tanpa TOEFL tersebut, terdapat NUS dan NTU, dua universitas yang menolak saya waktu S1 beberapa tahun yang lalu. Jadi senyum-senyum sendiri dan berkata, "dulu gue yang berharap dapet beasiswa, sekarang gantian malah ditawarin." Di NTU diterima di Rajaratnam School of International Studies dan NUS di Lee Kuan Yew School of Public Policy. Keduanya memberikan deadline menerima atau tidak beasiswa S2 tanpa TOEFL yang ditawarkan pada minggu ketiga bulan Juli.
Akhirnya saya menerima tawaran beasiswa S2 tanpa TOEFL dari NUS dan menolak universitas di Inggris karena tidak sesuai jurusannya, dan juga menolak NTU karena hanya memberikan partial schoolarship. Paling tidak sekarang sudah agak aman karena beasiswa S2 tanpa TOEFL NUS sudah di tangan, sambil nunggu pengumuman dari Qatar, karena itulah impian utamanya. Saya sangat positif insya Allah akan diterima beasiswa S2 tanpa TOEFL ini. Bahkan, saya sudah membayangkan berada di Qatar meskipun waktu itu belum diterima, hehehe...
Beasiswa S2 Di Luar Negeri
Ada cerita menarik. Beasiswa NTU saya tolak karena mereka hanya memberikan partial schoolarship. Setelah mengirim email memberitahukan hal tersebut, tiba-tiba beberapa hari kemudian seseorang dari bagian admission NTU menelepon langsung dari Singapura dan mengatakan, "Assad, we will give you full scholarship. Please reconsider our offer." Hahaha... Saya kaget, kok bisa ya? Beberapa kali kami saling berkirim email dan setelah saya mendiskusikan dengan papa tentang berbagai pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk tetap menolak. Qatar is still my #1 priority.
Lain lagi cerita NUS. Setelah saya mengirim email menerima tawaran beasiswa mereka, langsung beberapa hari kemudian tiket pesawat JKT-SG dikirim ke rumah dengan tanggal keberangkatan akhir Juli! Dalam hati saya, "Mati gue! Cepet amat ngirimnya! Pengumuman Qatar aja baru keluar tanggal 1 Agustus." Kalau sampai saya berangkat ke Singapura akhir Juli dan sudah mulai semester, sementara pengumuman beasiswa Qatar baru awal Agustus, bisa-bisa saya tekenal pinalti dari NUS. What should I do?
Akhirnya Allah SWT yang menjadi tempat bergantung. Saya memohon petunjuk kepada-Nya. Jika menolak NUS, sudah tidak ada satu universitas pun yang saya pegang, sementara Qatar belum memberikan pengumuman. Tapi jika saya menerima NUS dan ternyata Qatar juga menerima, maka runyam juga karena saya bisa didenda NUS jika tiba-tiba mundur padahal sudah mulai belajar. Setelah beberapa kali shalat Istikharah, akhirnya tumbuh keyakinan yang kuat bahwa saya akan diterima di Qatar! Selalu berpikir positif kepada Allah SWT.
Beasiswa S2 Luar Negeri Tanpa TOEFL
Itu berarti saya harus menolak NUS. Akhirnya H-1 menjelang keberangkatan saya memberi tahu mereka tidak bisa berangkat. Sempat ada masalah waktu itu karena tiket sudah terlanjur dibeli dan mereka minta ganti rugi. Tapi setelah saya jelaskan secara baik-baik, akhirnya mereka dapat memahami dan tidak meminta ganti rugi. Alhamdulillah...
Okey! Berarti saya sekarang benar-benar dalam kondisi "kritis". Tiga tawaran beasiswa yang sudah didapat malah saya lepas. Kalau dipikir-pikir lucu juga ya, dulu mereka (NTU dan NUS) yang menolak saya mentah-mentah, sekarang gantian saya yang menolak hehehe... Saya berani berbuat demikian karena sangat yakin dan positif diterima di Qatar. Bukankah Allah SWT yang memerintahkan hamba-hamba-Nya agar selalu berprasangka baik dan tidak pernah berputus asa dari rahmat-Nya?
Tibalah saatnya, 1 Agustus, ada email masuk dari Qatar Foundation dalam Bahasa Arab. Langsung dag dig dug... lalu kemudian saya copy email tersebut ke Google Translate dan ternyata isinya adalah... Congratulation, you are accepted to study Master of Islamic Finance in Qatar with full scholarship from Emir of The State of Qatar, His Highness Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani! Langsung saya lemas, tidak percaya, dan sujud syukur. The dream comes true!
Sekarang sudah tiga semester saya lalui di Qatar. Saya sangat bersyukur bisa berada di sana, belajar hal-hal baru, berkenalan dengan orang-orang baru, mendapatkan pengalaman baru. Pokoknya baru-baru semua. Mohon doanya agar saya bisa selesai studi S2 tepat waktu dan dapat mengamalkan ilmu yang dimiliki untuk ummah, bangsa, dan negara.
Assad, Muhammad. 2011. Notes From Qatar Limited Edition. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
KOMENTAR