Akuntansi haruslah ekstra hati-hati terutama pada waktu berusuran dengan pencatatan dan penilaian atas persediaan. Sebuah kesalahan yang terjadi dalam pencatatan dan penilaian atas persediaan akan berakibat fatal, baik pada neraca maupun laporan laba rugi. Dalam neraca dari sebuah perusahaan dagang, nilai persediaan seringkali merupakan komponenyang sangan signifikan (material) dibanding dengan nilai keseluruhan aktiva lancar. Sedangkan dalam laporan laba rugi, besarnya harga pokok persediaan (yang dijual) merupakan komponen utama penentu kinerja atau hasil kegiatan operasional perusahaan selama periode. Laporan laba rugi dari sebuah perusahaan dagang, seperti yang telah ditunjukkan dalam modul 5 yang lalu, terdiri dari tiga item (komponen) yang tidak dijumpai dalam laporan laba rugi dari sebuah perusahaan jasa, yaitu pendapatan penjualan, harga pokok penjualan, dan laba kotor pendapatan penjualan setelah dikurangi dengan harga pokok penjualan akan diperoleh laba kotor. Bagaimaan perusahaan mengklasifikasikan persediaannya tergantung pada apakah perusahaan adalah pedagang (perusahaan dagang) atau pembuat (perusahaan manufaktur). Untuk perusahaan dagang, persediaannya dinamakan persediaan barang dagangan (hanya ada satu klasifikasi), dimana barang dagangan ini dimiliki oleh perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan sehari-hari. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur, mula-mula persediaannya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bahan mentah, barang setengah jadi (barang dalam proses), dan barang jadi (produk akhir). Jadi dalam perusahaan manufaktur, perusahaan jenis ini terlebih dahulu akan mengubah (merakit) input atau bahan mentah (raw material) menjadi output atau barang jadi (fihished goods/final goods), baru kemudian di jual kepada para pelanggan (distributor). Mengenai kepemilikan barang, untuk barang yang dengan status masih dalam perjalanan (goods in transit) seharusnya masuk atau diperhitungkan sebagai bagian persediaan dari pihak yang memang secara hukum memiliki hak yang sah atas barang tersebut. Untuk tujuan akuntansi, hak kepemilikan barang biasanya ditentukan di awal transaksi jual-beli, yaitu berdasarkan pada perjanjian atau syarat-syarat penjualan yang disepakati. Jika syarat penjualannya adalah franko gudang penjual maka begitu barang keluar dari gudang penjual, barang tersebut sudah bukan lagi milik penjual tetapi telah menjadi milik atau tanggung jawab penuh pembeli. Sedangkan jika syarat penjualannya adalah franko gudang pembeli maka kepemilikian barang baru akan beralih dari penjual ke pembeli apabila barang tersebut benar-benar telah diterima atau sampai ke gudang pembeli.
Dasar Persediaan Dalam Akuntansi - Akuntansi haruslah ekstra hati-hati terutama pada waktu berusuran dengan pencatatan dan penilaian atas persediaan. Sebuah kesalahan yang terjadi dalam pencatatan dan penilaian atas persediaan akan berakibat fatal, baik pada neraca maupun laporan laba rugi. Dalam neraca dari sebuah perusahaan dagang, nilai persediaan seringkali merupakan komponenyang sangan signifikan (material) dibanding dengan nilai keseluruhan aktiva lancar. Sedangkan dalam laporan laba rugi, besarnya harga pokok persediaan (yang dijual) merupakan komponen utama penentu kinerja atau hasil kegiatan operasional perusahaan selama periode. Laporan laba rugi dari sebuah perusahaan dagang, seperti yang telah ditunjukkan dalam modul 5 yang lalu, terdiri dari tiga item (komponen) yang tidak dijumpai dalam laporan laba rugi dari sebuah perusahaan jasa, yaitu pendapatan penjualan, harga pokok penjualan, dan laba kotor pendapatan penjualan setelah dikurangi dengan harga pokok penjualan akan diperoleh laba kotor.
Bagaimana perusahaan mengklasifikasikan persediaannya tergantung pada apakah perusahaan adalah pedagang (perusahaan dagang) atau pembuat (perusahaan manufaktur). Untuk perusahaan dagang, persediaannya dinamakan persediaan barang dagangan (hanya ada satu klasifikasi), dimana barang dagangan ini dimiliki oleh perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan sehari-hari. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur, mula-mula persediaannya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bahan mentah, barang setengah jadi (barang dalam proses), dan barang jadi (produk akhir). Jadi dalam perusahaan manufaktur, perusahaan jenis ini terlebih dahulu akan mengubah (merakit) input atau bahan mentah (raw material) menjadi output atau barang jadi (fihished goods/final goods), baru kemudian di jual kepada para pelanggan (distributor).
Mengenai kepemilikan barang, untuk barang yang dengan status masih dalam perjalanan (goods in transit) seharusnya masuk atau diperhitungkan sebagai bagian persediaan dari pihak yang memang secara hukum memiliki hak yang sah atas barang tersebut. Untuk tujuan akuntansi, hak kepemilikan barang biasanya ditentukan di awal transaksi jual-beli, yaitu berdasarkan pada perjanjian atau syarat-syarat penjualan yang disepakati. Jika syarat penjualannya adalah franko gudang penjual maka begitu barang keluar dari gudang penjual, barang tersebut sudah bukan lagi milik penjual tetapi telah menjadi milik atau tanggung jawab penuh pembeli. Sedangkan jika syarat penjualannya adalah franko gudang pembeli maka kepemilikian barang baru akan beralih dari penjual ke pembeli apabila barang tersebut benar-benar telah diterima atau sampai ke gudang pembeli.
Dalam beberapa transaksi perusahaan dagang, kadang-kadang barang dagangan dapat diperoleh atas dasar konsinyasi. Dalam hal ini, kepemilikan barang akan tetap berada di pihak pengieim (penitip), bukan pihak yang dititipkan. Karena barang konsinyasi bukan merupakan milik dari pihak yang dititipkan, sehingga barang konsinyasi tersebut seharusnya tidak masuk sebagai persediaan dari pihakyang dititpkan. Sedangkan bagi pihak yang mengirim atau yang menitipkan, barang konsinyasi ii masih tetap akan diperhitungkan sebagai bagian dari persediaannya sampai barang konsinyasi tersebut nyata-nyata terjual ke konsumen.
Seperti telah dibahas dalam modul 5 yang lalu, perusahaan dagan secara sistematis akan selalu menyelenggarakan catatan persediaan untuk menentukan berapa besarnya barang dagangan yang tersedia untuk dijual dan juga berapa yang telah laku terjual. Terdapat dua metode akuntansi yang lazim dipakai dalam mencatat persedian barang dangangan, yaitu metode atau sistem pencatatan perpetual dan metode atau sistem pencatatan periodik/fisik. Dalam sistem perpetual, catatan mengenai harga pokok dari masing-masing barang dagangan yang dibeli maupun yang dijual diselenggarakan secara terinci. Sistem pencatatan ini akan secara terus menerus menunjukkan berapa besarnya saldo persedian barang dagangan yang ada di gudang untuk masing-masing jenis persediaan. Dengan sistem pencatatan perpetual, harga pokok dari barang yang dijual ditentukan setiap kali pejualan terjadi. Dengan sistem periodik, pembelian barang dagangan akan dicatat dengan menggunakan akun pembelian bukan akun persediaan barang dagangan seperti yang dilakukan pada sistem pencatatan perpetual. Juga, dengan sistem periodik, akun-akun berikut ini secara terpisah (masing-masing) akan digunakan : potongan pembelian, retur pembelian dan penyesuaian harga beli dan ongkos angkut masuk.
Dalam modul 9 kali ini tidak akan lagi dibahas mengenai metode pencatatan, melainkan akan dibahas secara terperinci mengenai metode penilaian persediaan, yang terdiri dari: metode FIFO (first-in, first-out), metode LIFO (last-in, first-out), dan metode rata-rata (average cost method). Masing-masing metode penilaian ini dapat diterapkan ke masng-masing metode pencatatan.
KOMENTAR