Sepanjang periode dimana penjualan kredit terjadi, estimasi mengenai besarnya piutang usaha yang tidak dapat ditagih dibuat.
METODE PENCADANGAN |
Baca juga KARAKTERISTIK DAN AKUTANSI PIUTANG WESEL
Metode Pencadangan - Sepanjang periode dimana penjualan kredit terjadi, estimasi mengenai besarnya piutang usaha yang tidak dapat ditagih dibuat. Pada titik ini (dalam periode penjualan), karena perusahaan belum dapat mengetahui mana dari pelanggannya tidak bisa membayar maka perusahaan tidak akan mengkredit (menghapus) piutang usahanya secara langsung.
Satu hal perusahaan yang dapat pediksi adalah bahwa berdasarkan pengalaman masa lampau selalu ada pelanggannya yang tidak bisa membayar. Namun mengenai siapa orangnya (pelanggannya) dan berapa jumlah piutang yang macet tentu saja baru akan diketahui nanti secara pasti sampai pelanggan tertentu menyatakan tidak bisa membayar. Dengan menggunakan metode pencadangan, besarnya estimasi atas beban piutang yang tak tertagih akan diakui (dicatat) dalam periode yang sama sebagaimana penjualan kredit dicatat, tanpa harus menunggu terjadinya actual loss yang memungkinkan baru terjadi setelah periode penjualan berlangsung. Besarnya estimasi ini diperoleh berdasarkan hasil pengamatan pengalaman masa lampau mengenai jumlah piutang usaha yang macet.
Kebanyakan perusahaan yang besar menggunakan metode pencadangan untuk mengestimasi bagian dari piutang usaha yang tidak dapat ditagih. Daripada perusahaan menentukan mana pelanggannya yang tidak bisa membayar, perusahaan lebih baik mengurangi jumlah piutang usahanya ke nilai bersih yang dapat direalisasi (net reliazable value). Perusahaan akan menentukan besarnya estimasi piutang tak tetagih ke dalam akun khusus yang dinamakan cadangan kredit macet (allowace for bed debt), cadangan piutang ragu-ragu (allowace for doubtful accounts), atau cadangan piutang yang tidak dapat ditagih (allowance for uncollectible account).
Secara teoritis, jika besarnya estimasi atas piutang tak tertagih adalah akurat, maka akun cadangan ini seharusnya selalu mendekati nol, akan tetapi estimasi tidak pernah nol karena perusahaan akan terus melakukan penjualan kredit dan membuat estimasi yang baru. Akun cadangan memiliki saldo normal disebelah kredit, berlawanan dengan saldo normal piutang, sehingga akun cadangan dianggap sebagai akun pengurangan (contra account) dari akun piutang usaha. Akun cadangan ini akan mengurangi jumlah bruto piutang ke nilai bersihnya yang dapat direalisasi.
Untuk tujuan pembukuan, metode pencadangan diharuskan menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, karena metode ini memenuhi atau sesuai dengan :
- Prinsip penandingan (the matching principle) dimana besarnya estimasi atas beban piutang yang tertagih dicatat dalam periode yang sama sebagaimana pendapatan penjualan didapat.
- Prinsip konservatisme (the conservatism principle) dimana piutang usaha dilaporkan dalam neraca sebesar jumlah yang lebih realistis (dan lebih rendah) sehingga mencerminkan dengan lebih baik jumlah piutang yang sesungguhnya dapat ditagih.
Ayat jurnal yang
perlu dibuat oleh perusahaan untuk mencatat besarnya estimasi atas beban
piutang tak tertagih adalah sebagai berikut:
Kr. Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih
Naninya begitu perusahaan mendapati bahwa ada pelanggan tertentu yang tidak bisa membayar, maka ayat jurnal yang perlu dibuat oleh perusahaan untuk mencatat penghapusan piutang atas pelanggan actual tersebut adalah sebagai berikut :
Dr. Cadangan piutang yang tidak
dapat ditagih
Kr. Piutang usaha – Tn.
Y
Kadangkala setelah perusahaan menghapus piutang usahanya atas pelanggan tertentu, kemudian ternyata pelanggan tertentu tersebut beritikat baik dengan membayar sebagian uang. Dalam hal ini, untuk mencatat perolehan kembali atas sebagian dari piutangnya yang telah dihapus, perusahaan pertama kali harus membalikkan jurnal penghapusan yang telah dibuat diatas (tetapi hanya sebesar jumlah yang perusahaan dapat ditagih kembali) dan lalu mencatat hasil penagihan tesebut.
yy(sebagian)
Kr. Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih
yy(sebagian)
Kr. Piutang usaha – Tn. Y
1. Sebesar persentase tertentu dari penjualan.
Cara ini dinamakan sebagai metode laporan laba rugi (income
statement method). Berdasarkan pada data historis, sebuah persentase tertentu
dari total penjualan atau total penjualan kredit ditentukan dan digunakan untuk
menghitung besarnya estimasi beban kredit macet. Metode ini fokus pada
penandingan yang layak atas beban piutang yang tak tertagih terhadap besarnya
pendapatan penjualan tak terkait.
Dengan cara (metode) ini, besarnya cadangan piutang tak tertagih
yang ada pada awal periode tidaklah diperhitungkan ke dalam ayat jurnal
penyesuaian yang akan dibuat pada setiap akhir periode berjalan untuk mencatat
besarnya estimasi beban kredit macet selama periode. Ingat kembali bahwa akun
sementara (temporary account atau nominal account) yang akan ditutup saldonya
pada setiap akhir periode dan tidak akan dibawa
sebagai besarnya penjualan untuk laporan laba rugi periode mendatang.
Oleh karena itu, jika besarnya estimasi beban kredit macet untuk periode
berjalan ditetapkan sebesar persentase tertentu dari penjualan yang telah
terjadi sepanjang periode berjalan tersebut, maka besarnya estimasi beban
kredit macet akan langsung dihitung dengan cara mengalikan persentase tertentu
tersebut dengan jumlah penjualan yang terjadi, tanpa harus memperhitungkan besarnya
cadangan piutang tak tertagih yang ada di neraca pada awal periode berjalan
(sebelum dibuatnya ayat jurnal penyesuaian) sehingga cara ini dinamakan sebagai
metode laporan laba rugi.
Setelah ayat jurnal penyesuaian dibuat, maka sekarang besarnya saldo
akhir dari akun cadangan piutang yang tak tertagih yang akan muncul di neraca
adalah sebesar saldo awal cadangan piutang tak tertagih (umumnya sesuai dengan
saldo normal disebelah kredit) ditambah dengan besarnya estimasi beban kredit
macet untuk periode berjalan (yang ditunjukkan disebelah kredit dalam ayat
jurnal penyesuaian).
Sebagai contoh misalkan bahwa perusahaan telah mengestimasi bahwa 2%
dari total penjualan kreditnya tidak dapat ditagih. Besarnya penjualan kredit
yang telah terjadi sepanjang periode berjalan (tahun 2008) adalah Rp
500.000.000.-. jumlah bruto piutang usaha pada akhir periode (akhir tahun 2008)
sebesar Rp 85.000.000.- sedangkan akun cadangan piutang tak tertagih pada awal
periode (sebelum ayat jurnal penyesuaian) bersaldo kredit sebesar Rp
4.000.000.-.
Pada akhir periode, ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat oleh
perusahaan untuk mencatat besarnya estimasi beban kredit macet tahun 2008
adalah sebagai berikut :
Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas diposting, maka besarnya
piutang usaha bersih yang akan dilaporkan di dalam neraca per 31 Desember 2008
adalah sebagai berikut :
Piutang usaha Rp
85.000.000.-
Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih (14.000.000.-)
Piutang
usaha bersih Rp
71.000.000.-
Sedangkan laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember
2008 akan menyajikan beban piutang yang tak tertagih (beban kredit macet)
sebesar Rp 10.000.000.- sebagai beban operasional tahun 2008. Sejalan dengan
prinsip penandingan yang telah dijelaskan di atas, beban kredit macet sebesar
Rp 10.000.000.- ini akan ditandingkan dan dilaporakan dalam periode yang sama
sebagaimana pendapatan atas penjualan kredit tahun 2008 sebesar Rp
500.000.000.- juga dilaporkan.
2.
Sebesar persentase tertentu
dari jumlah piutang usaha.
Pada dasarnya cara yang ke 2 (dua) ini menekankan penilaian piutang
usaha pada nilai bersihnya yang dapat direalisasi, yang nantinya akan
dilaporkan dalam neraca. Atau dengan kata lain, cara ini fokus pada penentuan
figur piutang usaha yang direalistis dapat ditagih.
Cara ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) metode, yaitu biasa
berdasarkan pada persentase tertentu dari nilai saldo akhir piutang usaha atau
bisa juga berdasarkan pada klasifikasi atau pengelompokan umur piutang.
Berdasarkan data historis, sebuah persentase tertentu dari jumlah piutang
usaha ditentukan dan digunakan untuk menghitung besarnya estimasi ini akan menjadi
saldo akhir akun cadangan piutang tak tertagih.
Dengan metode saldo akhir piutang, persentase tertentu dari jumlah
saldo akhir piutang usaha yang diperkirakan tidak akan dapat ditagih
ditentukan. Saldo awal akun cadangan piutang tak tertagih lalu akan disesuaikan
besarnya (melalui ayat jurnal penyesuaian) supaya menghasilkan saldo akhir
yang nilainya sama dengan hasil persentase ini.
Sebagai ilustrasi dari metode saldo akhir piutang, asumsi bahwa PT.
Cakra Kencana, pada akhir tahun 2007 memiliki saldo piutang sebesar Rp
90.000.000.- dan diestimasi bahwa besarnya kredit macet atas piutang usaha ini
adalah 5%. Saat ini, sebelum ayat jurnal
penyesuaian tahun 2007 dibuat, diketahui bahwa besarnya saldo awal
cadangan piutang tak tertagih adalah Rp 3.000.000.- (di sebelah kredit). Oleh
karena itu, dalam hal ini PT. Cakra Kencana haruslah menambah saldo awal
cadangan piutang tak tertagih sebesar Rp 1.500.000.- di sebelah kredit agar
menghasilkan saldo akhir cadangan piutang tak tertagih yang besarnya sama dengan
estimasi, yaitu Rp 4.500.000.- (5%
x Rp 90.000.000.-). Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat oleh PT. Cakra
Kencana pada akhir tahun 2007 untuk mencatat besarnya estimasi beban kredit
macet periode berjalan adalah :
Kr. Cadangan piutang yang
tidak dapat ditagih = Rp1,5 juta
Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas di-posting, maka
besarnya piutang usaha bersih yang akan dilaporkan dalam neraca per 31 Desember
2007 adalah sebagai berikut :
Piutang usaha Rp
90.000.000.-
Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih (
4.500.000.-)
Piutang usaha
bersih Rp
85.500.000.-
Sedangkan laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007
akan menyajikan beban piutang yang tak tertagih (beban kredit macet)
sebesar Rp
1.500.000.- sebagai beban operasional tahun 2007.
Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir tahun 2007 di atas
merupakan ayat jurnal penyesuaian yang biasa (umum). Tidak tertutup
kemungkinan, jika jumlah piutang usaha yang dihapus sepanjang tahun berikutnya
melebihi nilai cadangan yang ada, maka cadangan piutang yang tak tertagih akan
menjadi bersaldo debet. Melanjutkan ilustrasi di atas, asumsi bahwa sepanjang tahun
2008 terdapat penghapusan piutang usaha sebesar
Rp 6.500.000.- yang menyebabkan besarnya cadangan piutang tak tertagih
akan menjadi bersaldo debet sebesar Rp 2.00.000.- (Rp 6.500.000 – Rp 4.500.000). jika pada
akhir tahun 2008, PT. Cakra Kencana memiliki saldo piutang usaha sebesar rp
50.000.000.- dan diestimasi bahwa besarnya kredit macet atas piutang usaha ini
adalah menjadi 10%, maka ayat jurnal penyesuaian yang akan dibuat oleh PT.
Cakra Kencana pada akhir tahun 2008 untuk mencatat besarnya estimasi beban
kredit macet periode berjalan adalah:
Kr. Cadangan piutang yang
tidak dapat ditagih =Rp 7 juta
Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas di posting, maka besarnya
piutang usaha bersih yang akan dilaporkan dalam neraca per 31 Desember 2008
adalah sebagai berikut :
Piutang usaha Rp
50.000.000.-
Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih (
5.000.000.-)
Piutang usaha
bersih Rp
45.000.000.-
Sedangkan laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember
2008 akan menyajikan beban piutang yang tak tertagih (beban kredit macet)
sebesar Rp 7.000.000.- sebagai beban operasional tahun 2008.
Sedangkan dengan metode umur panjang, pertama kali piutang usaha akan
dikelompok-kelompokkan berdasarkan pada masing-masing karakteristik umumnya,
yang berarti ada pengelompokkan piutang usaha ke dalam katagori yang berdasarkan
atas tanggal jatuh temponya piutang. Karakteristik umur piutang disini dapat
diklasifikasikan menjadi: belum jatuh tempo, telah jatuh tempo 1-30 hari, telah
jatuh tempo 31-60 hari, telah jatuh tempo 61-90 hari, telah jatuh tempo 91-180
hari, telah jatuh tempo 181-365 hari, telah jatuh tempo di atas 365 hari.
Lamanya piutang yang telah jatuh tempo ini merupakan lamanya hari mulai saat
piutang tersebut jatuh tempo hingga laporan umur piutang (aging schedule)
disiapkan. Berdasarkan umur piutang, piutang yang sudah lama beredar (jatuh
tempo) sangat kecil kemungkinannya untuk dapat ditagih. Untuk mengilustrasikan
cara menghitung umur piutang yang telah jatuh tempo, asumsi bahwa PT. Lintas
Indonusa sedang menyiapkan laporan umur piutang per 30 Juni, dimana terdapat
salah satu pelanggannya yang belum juga membayar hingga saat ini (padahal
piutang tersebut telah jatuh tempo sejak tanggal 9 Maret yang lalu). Dalam hal
ini, lamanya umur piutang yang telah jatuh tempo dapat dihitung sebagai
berikut:
Jumlah hari atas piutang yang telah telat per akhir Maret 22 hari (31-9)
Jumlah hari atas piutang yang telah telat per akhir April 30 hari
Jumlah hari atas piutang yang telah telat per akhir Mei 31
hari
Jumlah hari atas piutang yang telah telat per akhir Juni 30
hari
113
hari
Dengan metode umur piutang, estimasi secara terpisah atas persentase
piutang usaha yang tidak dapat ditagih diterapkan ke masing-masing kelompok
umur. Jadi, dalam hal ini persentase yang berbeda akan diterapkan atas kelompok
umur yang berbeda. Setelah persentase yang berbeda diterapkan untuk
masing-masing kelompok umur, lalu masing-masing hasilnya tersebut akan
dijumlahkan secara bersama-bersama untuk menentukan total estimasi. Dengan
metode umur piutang, sepertinya halnya saldo akhir piutang, saldo awal dari
akun cadangan piutang tak tertagih haruslah disesuaikan (melalui ayat jurnal
penyesuaian) supaya menghasilkan saldo akhir yang besarnya sama dengan total
estimasi. Ayat jurnal penyesuaian akan dibuat sebesar selisih antara besarnya
total estimasi dengan saldo awal akun cadangan piutang tak tertagih.
Sebagai ilustrasi dari umur piutang, asumsi bahwa PT. Lintas
Indonusa, pada akhir tahun 2008 memilih saldo piutang usaha sebesar Rp
86.300.000.- dan diestimasikan bahwa besarnya kredit macet atas piutang usaha
ini berdasarkan pada masing-masing kelompok umurnya adalah sebagai berikut:
Kisaran Umur Piutang
|
Saldo
|
Estimasi Kredit Macet
|
Persentase jumlah
|
||
Belum jatuh
tempo
Telah jatuh
tempo 1-30 hari
Telah jatuh
tempo 31-60 hari
Telah jatuh
tempo 61-90 hari
Telah jatuh
tempo 91-180 hari
Telah jatuh
tempo 1811-365 hari
Telah jatuh
tempo di atas 365 hari
|
Rp 75.000.00.-
4.000.000.-
3.100.000.-
1.900.000.-
1.200.000.-
800.000.-
300.000.-
Rp86.300.000.-
|
2%
Rp 1.500.000.-
5%
200.000.-
10%
310.000.-
20%
380.000.-
30%
360.000.-
50%
400.000.-
80%
240.000.-
Rp 3.390.000.-
|
Berdasarkan table di atas, estimasi saldo saldo yang diinginkan untuk
cadangan piutang tak tertagih adalah sebesar Rp 3.390.000.- (bersaldo kredit
sesuai dengan saldo normalnya). Perbandingan antara angka estimasi ini dengan
saldo awal cadangan piutang yang tak tertagih yang belum disesuaikan akan
menentukan besarnya beban kredit macet (beban piutang tak tertagih ) untuk
tahun 2008. sebagai contoh, jika saldo awal cadangan piutang tak tertagih yang
belum disesuaikan adalah bersaldo kredit sebesar Rp 3.200.000.- maka jumlah
yang akan ditambahkan ke dalam saldo ini adalah Rp 190.000.- dengan ayat jurnal
penyesuaian sebagai berikut :
Kr. Cadangan piutang yang tidak
dapat ditagih = Rp
190.000.-
Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas dipindahkan atau diposting
ke dalam buku besar masing-masing akun terkait, maka sekarang besarnya akun
cadangan piutang tak tertagih akan menjadi bersaldo kredit sebesar Rp
3.390.000.- sesuai dengan estimasi saldo akhir yang dikehendaki. Sebagai contoh
pembanding, jika seandainya saldo awal cadangan piutang tak tertagih yang belum
disesuaikan adalah bersaldo debet sebesar Rp 450.000.- maka jumlah penyesuaian
akan menjadi sebesar Rp 3.840.000.- (Rp 3.390.000 + Rp 450.000), dengan ayat
jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Rp
3.840.000.-
Kr.
Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih
KOMENTAR