Dalam sistem persediaan perpetual, seperti yang telah dibahas dalam modul 5 yang lalu (akuntansi utuk perusahaan dagang), setiap pembelian barang dagangan dari pemasok akan dicatat oleh perusahaan dengan cara mendebet akun persediaan barang dagangan dan mengkredit akun kas atau utang usaha. Demikian juga, pada setiap transaksi penjualan barang dagangan ke pelanggan, harga pokok dari barang yang dijual akan dicatat dengan cara mendebet akun harga pokok penjualan dan mengkredit akun persediaan barang dagangan. Untuk mengilustrasikan masing-masing metode penilaian (FIFO, LIFO dan rata-rata) dalam sistem pencatatan perpetual, perhatikanlah contoh berikut:
Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay |
Penilaian Persediaan Dalam Sistem Pencatatan - Dalam sistem persediaan perpetual, seperti yang telah dibahas dalam modul 5 yang lalu (akuntansi utuk perusahaan dagang), setiap pembelian barang dagangan dari pemasok akan dicatat oleh perusahaan dengan cara mendebet akun persediaan barang dagangan dan mengkredit akun kas atau utang usaha. Demikian juga, pada setiap transaksi penjualan barang dagangan ke pelanggan, harga pokok dari barang yang dijual akan dicatat dengan cara mendebet akun harga pokok penjualan dan mengkredit akun persediaan barang dagangan.
Untuk mengilustrasikan masing-masing metode penilaian (FIFO, LIFO dan rata-rata) dalam sistem pencatatan perpetual, perhatikanlah contoh berikut:
Tanggal
|
Keterangan
|
Kuantitas (unit)
|
Harga perolehan per Unit
|
1 Maret
5 Maret
12 Maret
19 Maret
23 Maret
27 Maret
31 Maret
|
Persediaan awal
Penjualan
Pembelian
Penjualan
Penjualan
Pembelian
Pembelian
|
120
84
96
48
24
60
60
|
Rp. 200.000,-
Rp. 210.000,-
Rp. 220.000,-
Rp. 220.000,-
|
Dengan menggunakan data di atas, dan asumsi bahwa harga jual per
unit adalah Rp. 300.000,- dimana pembelian maupun penjualan barang dagangan
dilakukan secara kredit, maka besarnya nilai persediaan akhir, harga pokok
penjualan, danlaba kotor adalah:
(1)
Jika Metode Penilaian
Adalah Fifo
Tgl
|
Pembelian
|
Harga pokok penjualan
|
Saldo Persediaan
|
||||||
Unit
|
HP
|
Total
|
Unit
|
HP
|
Total
|
Unit
|
HP
|
Total
|
|
12 mar
|
120
|
200.000
|
24 jt
|
||||||
5 mar
|
84
|
200.000
|
16,8 jt
|
36
|
200.000
|
7,2 jt
|
|||
12 mar
|
96
|
210.000
|
20,16 jt
|
36
96
|
200.000210.000
|
7,2 jt
20,16 jt
|
|||
19 mar
|
36
12
|
200.000210.000
|
7,2 jt
2,52 jt
|
84
|
210.000
|
17,64 jt
|
|||
23 mar
|
24
|
210.000
|
5,04 jt
|
60
|
210.000
|
12,6 jt
|
|||
27 mar
|
60
|
220.000
|
13,2 jt
|
60
60
|
210.000220.000
|
12,6 jt
13,2 jt
|
|||
31 mar
|
60
|
220.000
|
13,2 jt
|
60
120
|
210.000220.000
|
12,6 jt
26,4 jt
|
Perhatikanlah bahwa setelah 84 unit dijual pada tanggal 5 maret, persediaan yang masih tersisa adalah hanya 36 unit dengan harga perolehan (harga pokok) sebesar Rp. 200.000,- per unit. Kemudian, 96 unit yang dibeli pada tanggal 12 Maret diperoleh dengan harga Rp. 210.000,- per unit, bukan Rp. 200.000,- per unit. Oleh karena itu, saldo persediaan akhir pada tanggal 12 Maret (setelah pembelian 96 unit) dilaporkan dalam dua lapis, yaitu 36 unit dengan harga perolehan (harga pokok) sebesar Rp. 200.000,- per unit dan 96 unit dengan harga perolehan (harga pokok) sebesar Rp. 210.000,- per unit. Berikutnya, diperhatikanlah bahwa penjualan barang dagangan sebanyak 48 unit yang dilakukan pada tanggal 19 Maret menyisakan persediaan sebanyak 84 unit dengan harga perolehan (harga pokok) sebesar Rp. 210.000,- per unit. Penjualan 48 unit tersebut diambil dar 36 uni dengan harga perolehan (harga pokok) sebesar Rp. 210.000,- per unit.
Besarnya persediaan akhir yang akan disajikan dalam neraca per 31 Maret meliputi dua lapis, yaitu:
60 unit
120 unit
|
x Rp. 210.000,-
x Rp. 220.000,-
|
=
=
|
Rp. 12.600.000,-
Rp. 26.400.000,-
|
180 unit
|
=
|
Rp. 39.000.000,-
|
|
Sedangkan besarnya penjualan,harga pokok penjualan, dan laba kotor
yang akan di sajikan dalam laporan laba rugi untuk bulan yang berakhir 31 Maret
adalah sebagai berikut:
Penjualan Rp.46.800.000,-
Harga Pokok Penjualan (Rp.31.560.000,-)
Laba Kotor Rp.15.240.000,-
Laporan Keuangan
di atas tentu saja diperoleh dari ayat-ayat jurnal sebagai berikut:
5/3 Piutang Usaha 25.200.000
Penjualan 25.200.000
Harga pokok penjualan 16.800.000
Persediaan Barang
Dagangan 16.800.000
12/3 Persediaan barang dagangan 20.160.000
Utang Jasa 20.160.000
19/3 Piutang Usaha 14.400.000
Penjualan 14.400.000
Harga Pokok penjualan 9.720.000
Persediaan Barang
Dagangan 9.720.000
23/3 Piutang Usaha
7.200.000
Penjualan 7.200.000
Harga pokok Penjualan 5.040.000
Persediaan Barang
Dagangan 5.040.000
27/3 Persediaan Barang Dagangan 13.200.000
Utang Usaha 13.200.000
31/3 Persediaan
Barang Dagangan 13.200.000
Utang
Usaha 13.200.000
(2)
Jika metode penilaian adalah LIFO:
Tgl
|
Pembelian
|
Harga
Pokok Penjualan
|
Saldo
Persediaan
|
||||||
Unit
|
HP
|
Total
|
Unit
|
Hp
|
Total
|
Unit
|
HP
|
Total
|
|
1
Mar
|
120
|
200.000
|
24jt
|
||||||
5
Mar
|
84
|
200.000
|
16,8jt
|
36
|
200.000
|
7,2jt
|
|||
12 Mar
|
96
|
210.000
|
20,16jt
|
36
96
|
200.000
210.000
|
7,2jt
20,16jt
|
|||
19 Mar
|
48
|
210.000
|
10,08jt
|
36
48
|
200.000
210.000
|
7,2jt
10,08jt
|
|||
23 Mar
|
24
|
210.000
|
5,04jt
|
36
24
|
200.000
210.000
|
7,2jt
10,08jt
|
|||
27 Mar
|
60
|
220.000
|
13,2jt
|
36
24
60
|
200.000
210.000
220.000
|
7,2jt
5,04jt
13,2jt
|
|||
31 Mar
|
60
|
220.000
|
13,2jt
|
36
24
120
|
200.000
210.000
220.000
|
7,2jt
5,04jt
26,4jt
|
Dengan menggunakan metode penilaian LIFO, harga pokok penjualan
untuk masing-masing unit yang di jual pada tanggal 19 Maret adalah harga pokok
dari barang yang di beli pada tanggal 12 Maret, yaitu Rp.210.000,-per
unit.Saldo Persediaan akhir pada tanggal 19 Maret(setelah penjualan 48 Unit)
adalah terdiri atas 36 Unit yang tersisa dari persediaan awal bulan Maret dan
48 unit yang tersisa dari pembelian barang dagangan pada tanggal 12 maret.
Besarnya
persediaan akhir yag akan di sajikan dalam neraca per 31 Maret meliputi tiga
lapis,yaitu:
36 unit x Rp.200.000,- = Rp. 7.200.000,-
24 unit x Rp.210.000,- = Rp. 5.040.000,-
120 unit x Rp.220.000,- = Rp.
26.400.000,-
180 = Rp 38.640.000,-
Sedangkan besarnya penjualan, harga pokok penjualan dan laba kotor
yang akan disajikan dalam laporan laba rugi untuk bulan yang berakhir 31 Maret
adalah sebagai berikut:
Penjualan Rp. 46.800.000,-
Harga pokok
Penualan (Rp. 31.920.000,-)
Laba
Kotor Rp. 14.880.000,-
Laporan keuangan di atas tentu saja diperoleh dari ayat-ayat jurnal sebagai berikut:
5/3 Piutang Usaha 25.200.000
Penjualan 25.200.000
Harga Pokok Penjualan 16.800.000
Persediaan Barang dagangan 16.800.000
12/3 Persediaan Barang dagangan 20.160.000
Utang Usaha 20.160.000
19/3 Piutang Usaha 14.400.000
Penjualan 14.400.000
Harga Pokok Penjualan 10.080.000
Persediaan Barang dagangan 10.080.000
23/3 Piutang Usaha
7.200.000
Penjualan
7.200.000
Harga Pokok Penjualan 5.040.000
Persediaan Barang dagangan
5.040.000
27/3 Persediaan Barang dagangan 13.200.000
Utang Usaha 13.200.000
31/3
Persediaan Barang dagangan 13.200.000
Utang
Usaha 13.200.000
(3)
Jika metode Penilaian adalah Rata-Rata:
Tgl
|
Pembelian
|
Harga Pokok Penjualan
|
Saldo Persediaan
|
||||||
Unit
|
HP
|
Total
|
Unit
|
HP
|
Total
|
Unit
|
HP
|
Total
|
|
1 Mar
|
120
|
200.000
|
24
jt
|
||||||
5 Mar
|
84
|
200.000
|
16,8 jt
|
36
|
200.000
|
7,2 jt
|
|||
12
Mar
|
96
|
210.000
|
20,16
jt
|
132
|
207.272,7
|
27,36 jt
|
|||
19
Mar
|
48
|
207.272,2
|
9,93 jt
|
84
|
207.272,7
|
17,41 jt
|
|||
23
Mar
|
24
|
207.272,7
|
4,975
jt
|
60
|
207.272,7
|
12,436
jt
|
|||
27
Mar
|
60
|
220.000
|
13,2 jt
|
120
|
213.633
|
25,636
jt
|
|||
31
Mar
|
60
|
220.000
|
13,2 jt
|
180
|
215.756
|
38,836
jt
|
Metode harga pokok rata-rata dalam sistem perpetual dinamakan
sebagai metode rata-rata bergerak (moving average cost method).
Dengan menggunakan metode penilaian rata-rata, harga pokok penjualan untuk masing-masing unit yang dijual pada tanggal 19 Maret adalah berdasarkan rata-rataharga perolehan per unit dari barang yang tersedia untuk dijual [(7,2 juta + 20,16 juta):(36+96)], yaitu sebesar Rp. 207.272,7 per unit. Saldo persedian akhir pad tanggal 19 Maret (setelah penjualan 48 unit) adalah 84 unit dengan rata-rata harga perolehan unit sebesar Rp. 207.272,7.
Kemudian, 24 Unit yang di jual pada tanggal 23 maret masih karena antara tanggal 12 maret akhir (setelah pembelian 96 unit) sampai daangan dari pemasok, dengan kata lain bahwa besarnya rata-rata harga perolehan per unit dari barang yang tersedia untuk dijual per tanggal 23 Maret adalah masih sama sebesar Rp. 207.272,7.
Namun,setelah dilakukan pembelian barang dagangan dari pemasok pada tanggal 27 Maret, yaitu sebanyak 60 unit, maka besarnya rata-rata harga perolehan per unit dari barang yang tersedia untuk di jual adalah Rp.215.756.
Besarnya persediaan akhir yang akan di sajikan dalam neraca per 31
Maret adalah:
180 Unit x Rp.215.756,- = Rp.38.836.000,-
Sedangkan besarnya penjualan, harga pokok penjualan, dan laba kotor
yang akan di sajikan dalam laporan laba rugi untuk bulan yang berakhir 31 Maret
adalah sebagai berikut:
Penjualan Rp.46.800.000,-
Harga Pokok Penjualan
(Rp.31.725.000,- Pembulatan
Laba Kotor Rp.15.075.000,- Pembulatan
Laporan keuangan di atas tentu saja
diperoleh dari ayat-ayat jurnal sebagai berikut:
5/3 Piutang
usaha 25.200.000
Penjualan 25.200.000
Harga
Pokok Penjualan 16.800.000
Persediaan
Barang dagangan 16.800.000
12/3 Persediaan
Barang Dagangan 20.160.000
Utang
Usaha 20.160.000
19/3 Piutang
Usaha 14.400.000
Penjualan 14.400.000
Harga
pokok penjualan 9.950.000
Persediaan
barang dagangan
9.950.000
23/3 Piutang
Usaha 7.200.000
Penjualan
7.200.000
Harga
Pokok Penjualan 4.975.000
Persediaan
Barang Dagangan
4.975.000
27/3 Persediaan
Barang Dagangan 13.200.000
Utang
Usaha 13.200.000
31/3 Persediaan
Barang Dagangan 13.200.000
KOMENTAR