Banyak pengalaman saya mengarahkan saya ke dalam situasi penolakan atau kegagalan. Mungkin banyak dari Anda mengalami situasi yang sama, selalu ditola
Banyak pengalaman saya mengarahkan saya ke dalam situasi penolakan atau kegagalan. Mungkin banyak dari Anda mengalami situasi yang sama, selalu ditolak dan selalu gagal. Anda rasanya ingin segera menghentikan hal itu dan mengakhiri penderitaan yang berkepanjangan tersebut. yang membuat kita bertahan adalah adanya secercah harapan bahwa semua itu akan berakhir. Hanya saja, sampai kapan secercah harapan itu akan mewujud menjadi apa yang kita inginkan dan mengakhiri penderitaan kita dalam penantian ini? Mungkin saja, kita akan tetap gagal saat mencoba sekali lagi, dua kali lagi, atau mungkin 5 kali lagi, bahkan 100 kegagalan lagi. Anda tidak tahu kapan penantian Anda berakhir. Ilustrasi berikut ini semoga dapat menggambarkan bahwa sebuah kesabaran akan selalu berbuah manis bilamana Anda mau menunggu lebih lama lagi.
Sabar Sedikit Lagi, Impian Itu Akan Datang - Suatu ketika dalam sebuah kesempatan perekrutan sekretaris baru menyeleksi beberapa kandidat untuk sekretaris. Tes pertama adalah psikotes dan kedua adalah wawancara. Setelah tes, waktu yang dibutuhkan untuk mengoreksinya adalah 15 menit. Dalam tenggang waktu tersebut para calon dapat beristirahat karena setelah pengumuman, langsung ada sesi wawancara bagi yang lolos.
Begitu melihat hasil tes, saya tertarik pada salah satu kandidat. Nilainya sangat tinggi dan setelah saya cocokkan dengan CV, ia benar-benar memenuhi kriteria kami. Pikir saya, khusus untuk dia tinggal menawarkan pekerjaan saja dengan basa basi wawancara. Tetapi, berhubung wawancara berdasarkan urutan kedatangan, dia tidak dipanggil pertama melainkan urutan ke-4. Sebagai informasi, kami sangat ketat dalam mencari kriteria sekretaris dan hanya memanggil sejumlah kecil calon yang mendapat kesempatan tes. Kami hanya menyisakan 4-5 orang untuk diberi kesempatan wawancara, banyak orang banyak waktu terbuang.
Dalam kesempatan ini, kami juga menyisakan 5 orang untuk langsung sesi wawancara.
kandidat pertama kami wawancarai sekitar 45 menit. Kami melihat bahwa kandidat tersebut tidak cocok untuk pekerjaan yang kami tawarkan, baik dari segi tes maupun dari CV. Potensi besarnya tidak sesuai dengan pekerjaan yang kami tawarkan. Kemudian, kami panggil urutan kedua untuk wawancara, kebetulan juga menghabiskan waktu sekitar 45 menit, yang juga lebih menegaskan hasil tes bahwa yang bersangkutan memang tidak sesuai dengan kriteria yang kami cari. Begitu pula untuk kandidat nomor 3.
Selanjutnya adalah kandidat urutan ke-4, tetapi yang masuk adalah kandidat urutan ke-5. Saya pikir ini pas sekali, bahwa orang yang kami butuhkan kami wawancara terakhir sehingga bisa lebih mengenal dan dapat langsung memberikan tawaran pekerjaan.
Selesai dengan kandidat 5, saya bersiap menunggu untuk kandidat ke-4. Tetapi, yang masuk adalah staf saya yang membantu proses rekruitmen, dan menginformasikan kalau kandidat nomor 4 sudah pulang 10 menit sebelum gilirannya.
Haaa?
Lho? Kok pulang?
Kira-kira dia tahu tidak ya, seandainya dia mau bersabar 10 menit saja, dia akan mendapatkan pekerjaan. Atau setidaknya, seandainya dia pasti tahu akan diterima, apakah dia bersedia untuk lebih bersabar dalam menunggu antrean?
Teman-teman, kita tidak tahu kegagalan atau usaha yang kesekian kita akan beruntung. Anda boleh saja lelah dan patah semangat, tetapi yakinlah bahwa siapa tahu seandainya kita bersabar 10 menit saja impian kita telah datang. Siapa tahu tambang emas hanya berjarak 30 cm dari tempat terakhir Anda menggali. Kebanyakan dari kita sudah lebih dulu menyerah sebelum mendapatkan yang mereka cari. Sudah merasa terlalu lama, terlalu lelah, terlalu sulit sehingga selalu memunculkan niat untuk mundur dan menjadi pecundang. memutuskan bahwa saya tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Saya telah gagal! Ya, ini bukan rezeki saya, tempat saya tidak di sini. Saya memang ditakdirkan seperti hari ini, bla... bla... bla... Semua sudah langsung menyalahkan situasi, kondisi, takdir, dan selalu membenarkan kejadian yang membuat orang lain unggul, entah karena keberuntungannya, kondisi yang lebih baik, situasi yang lebih baik, orangtua yang lebih mampu, bantuan yang lebih banyak.
Orang tidak pernah mau melihat bahwa yang harus pertama kali disalahkan adalah dirinya sendiri yang telah memutuskan untuk menjadi pecundang. Berhenti hanya berapa jengkal saja dari impian yang sangat dinantikan. Haruskah Anda berhenti sekarang? Haruskah Anda menyerah sebelum mendapatkan impian Anda?
Hidup adalah pilihan. Ketika dalam hidup itu kita tidak dihadapkan pada kata "harus", kapan saja kita dapat berhenti dalam permainan. Mau bosan, mau kalah, mau melanjutkan aktivitas lain, mau tidur, mau ngobrol, dan lain sebagainya akan selalu mudah bagi Anda untuk berhenti bermain.
Ibarat pada saat kecil Anda bermain petak umpet. Siang hari setelah pulang sekolah, kita berjanji untuk berkumpul dan bermain di suatu tempat dengan teman-teman sekitar jam 14.00. Pada saat awal Anda menikmati proses tersebut, menjalaninya dengan sepenuh hati, melakukan semua prosesnya dengan riang gembira. Salah seorang teman atau kita sendiri menjadi tukang cari dan sisanya mencoba mencari tempat bersembunyi. Tujuannya adalah ketika semua peserta yang bersembunyi telah ditemukan oleh pencari maka permainan berakhir dan diulang dengan pencari yang lain. Bergiliran, begitu istilahnya.
Satu jam berlalu, dua jam berlalu, muncul kelelahan, muncul rasa bosan, muncul keinginan untuk berganti permainan yang lain, muncul godaan-godaan untuk berhenti, muncul rasa tidak nyaman dan menyenangkan lagi. Dengan demikian, kapan saja, Anda dapat berhenti, dan tidak melanjutkan permainan tersebut. Entah Anda mencapai tujuan Anda atau belum, atau semua telah mendapat giliran sebagai pencari, kapan saja Anda sudah bosan Anda bisa berhenti kapan saja. Tidak ada konsekuensi, tidak ada hukuman. Yang Anda lakukan hanyalah mengatakan, "Saya bubaaaar." Mudah. Kapan saja Anda ingin berhenti bermain, seketika itu juga permainan usai.
Tetapi, ketika permainan itu adalah permainan hidup, apakah Anda harus berhenti, menyerah, mundur, gagal sebelum Anda mencapai tujuan Anda? Apakah boleh mengatakan bahwa tidak ada konsekuensi buat Anda, jadi kenapa harus diteruskan? Semudah itukah untuk mundur dan menyerah kalah?
Beberapa waktu yang lalu, dalam suatu kesempatan, saya menginginkan sebuah rumah yang besar di sebuah jalan raya di Yogyakarta. Salah satu jalan termahal urutan ke-3 di Yogyakarta. harga rumah itu fantastis, yakni 7,5 miliar. Melihat kondisi keuangan saya, rasanya saya tidak mungkin bisa mendapat rumah itu. Tetapi, ketika saya membayangkan nikmatnya memiliki rumah tersebut dan keuntungan yang akan saya peroleh dari kepemilikan rumah itu, akhirnya saya putuskan untuk memilikinya. Lalu saya katakan kepada diri saya, bagwa saya pasti bisa beli rumah itu (lihat kekuatan visualisasi dan kekuatan keyakinan).
Dalam bulan-bulan berikut, segala sesuatu serasa tidak sesuai dengan harapan saya, tidak sesuai dengan keinginan saya. Hidup terasa berat dan tidak menyenangkan. lelah dan sangat capek untuk berlari mengejar impian. Saya terlalu dipaksa untuk keluar dari zona nyaman saya. Rasanya ingin mengatakan saya mundur dari keinginan saya. Ingin rasanya meneriakkan kata, "Saya tidak kuat!" Saya mau menyerah saja. Tidak ada kata harus buat saya untuk mundur. Tidak ada konsekuensi yang berat untuk saya mundur. Tidak ada hukuman, tidak ada hinaan, tidak ada cemoohan tidak ada hal yang harus saya pertanggungjawabkan. Mundur kapan saja. Mudah dan seketika.
Tetapi, saya merenung, haruskah saya teruskan atau mundur? Mungkinkah hari esok adalah hari terakhir saya menderita, dan saya mendapatkan kemenangan saya. Atau saya harus menyerah dan mencari tujuan lain yang lebih ringan dan mudah. Pergulatan batin yang sangat dalam. Tidak ada hukumannya bila saya mundur, kenapa saya harus bertahan dalam situasi ini. Saya ingin sekali memutuskan untuk mundur.
Dalam proses selanjutnya saya memikirkan sebuah kebahagiaan seandainya saya dapat mencapai impian saya. Ketika rumah tersebut terbeli dan kesenangan apa yang dapat saya peroleh dari kemenangan itu. Saya bayangkan beberapa wajah bangga dari orang-orang yang saya cintai, senyum manis mereka, pelukan hangat mereka. Saya dengarkan ungkapan-ungkapan rasa cinta karena telah memiliki saya karena saya adalah pemenang. Saya adalah seorang yang sangat mereka banggakan dan kagumi. Saya lihat orangtua saya mengatakan ke beberapa temannya akan prestasi yang dapat saya capai, rasa keceriaan yang muncul karena telah melahirkan saya. Saya telah membuktikan bahwa saya layak untuk dibawa ke dunia ini.
Saya pandangi diri saya sendiri. Apakah saya layak mendapat kemenangan itu, saya menjadi terpandang di antara rekan-rekan saya. Saya menjadi signifikan. Beda dair kebanyakan, entah di masyarakat di tetangga, di keluarga. Saya bangga dilahirkan sebagai pemenang dan saya telah membuktikannya. Saya memang layak untuk itu.
Ketika permainan itu tidak ada konsekuensinya, tidak ada hukum wajbnya, tidak ada batasan kapan saya dapat mundur dan kalah. Oleh sebab itu, saya putuskan untuk tetap melaju. Saya akan jadi pemenang. Karena tanpa beban, saya tampil lebih lega, lebih bebas, saya tampil dengan segenap kekuatan saya. Mau gagal mau kalah saya tidak harus malu. Saya dapat mundur kapan saja, saya dapat saja kalah, jadi lebih baik saya terus maju dan menang. Lebih menyenangkan menjadi orang yang underdog. Tanpa beban dalam bertarung dan lebih mudah mengeluarkan segala potensi dan keahlian yang saya miliki.
Saya yakin dan saya pasti menang. Saya lebih bebas sekarang untuk menentukan kapan saya kalah dan mundur. Tetapi, saya putuskan untuk tetap melaju, dan akhirnya SAYA ADALAH PEMENANG! Rumah itu sekarang telah menjadi milik saya untuk selamanya! Rumah itu akan saya pertahankan sebagai bukti saya adalah pemenang. Saya bukan pecundang, SAYA PEMENAAAANG!
Anda tidak tahu kapan kemenangan itu ada berapa sentimeter di depan Anda. Yang Anda lakukan adalah maju terus tanpa melihat ke belakang lagi apa yang telah Anda lakukan. Di depan ada yang lebih penting untuk diatasi, yang harus dikalahkan. Termasuk keraguan Anda... ketidaksabaran Anda.
Sudahlah... Kapan saja Anda dapat mundur. Jadi, mau besok atau lusa mau beberapa hari lagi, berapa saat kemudian, Anda dapat saja memutuskan kalah. Berhubung Anda tidak punya beban, Anda dapat melanjutkan perjuangan ini dan memperoleh impian Anda. Tidak akan ada hukuman yang harus Anda derita, tidak ada hinaan yang muncul ketika Anda kalah. Tampillah secara bebas dan lepas. Jadilah orang yang underdog dan siap untuk menjadi kuda hitam.
Gelut karo wong edan!
Berkelahi dengan orang gila. Kalau kalau malu, kalau menang tidak bangga. Kalau ini, kita kalah tidak malu, tetapi kalau menang kita bangga.
Oleh sebab itu, jadilah pemenang.
Bersabarlah, siapa tahu dalam hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan berikutnya impian itu datang.
Raharjo, Ridwan. 2010. Revolusioner! Mudah Cari Pekerjaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
KOMENTAR