Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh aktiva tetap, meningkatkan efisiensi operasional d
Gambar oleh Harry Strauss dari Pixabay |
Pengeluaran Modal dan Pendapatan - Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh aktiva tetap, meningkatkan
efisiensi operasional dan kapasitas produktif aktiva tetap, serta memperpanjang
masa manfaat aktiva tetap. Biaya-biaya ini biasanya dikeluarkan dalam jumlah
yang cukup besar (material), namun tidak sering terjadi.
Contoh dari pengeluaran modal adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk membeli tambahan komponen aktiva tetap dan atau untuk
mengganti komponen aktiva tetap yang ada, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi,
kapasitas, dan atau memperpanjang masa manfaat dari aktiva tetap terkait.
Dengan kata lain pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang tidak
dibebankan langsung sebagai beban dalam laporan laba rugi, melainkan
dikapitalisasi terlebih dahulu sebagai aktiva tetap di neraca, karena
pengeluaran-pengeluaran ini akan memberikan manfaat bagi perusahaan di masa
mendatang. pengeluaran-pengeluaran dalam kategori ini akan dicatat dengan cara
mendebet akun aktiva tetap terkait.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengeluaran pendapatan (revenue
expenditure) adalah biaya-biaya yang hanya akan memberi manfaat dalam periode
berjalan, sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan ini tidak akan dikapitalisasi
sebagai aktiva tetap di neraca, melainkan akan langsung dibebankan sebagai
beban dalam laporan laba rugi periode berjalan di mana biaya tersebut terjadi
(dikeluarkan). Contoh dari pengeluaran ini adalah beban untuk pemeliharaan dan
perbaikan aktiva tetap.
Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk
mempertahankan aktiva tetap agar selalu berada dalam kondisi operasional yang
baik dikenai sebagai beban pemeliharaan, contohnya adalah pengeluaran untuk
pengecatan dinding bangunan, penggantian pelumas mesin dan sebagainya. Pengeluaran
untuk beban pemeliharaan ini adalah hal yang biasa, terjadi berulang biasanya
dalam jumlah yang kecil (tidak rnaterial), tlan tidak akan meningkatkan
efisiensi, kapasitas, atau memperpanjang masa manfaat dari aktiva tetap
terkait, oleh karena itu akan segera dicatat sebagai beban ketika terjadi. Sedangkan
pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk mengembalikan aktiva tetap ke
kondisi operasional yang baik setelah adanya kerusakan dan atau untuk mengganti
komponen aktiva tetap yang rusak, dikenal sebagai beban perbaikan. Pengeluaran
untuk beban perbaikan ini juga adalah hal yang biasa, bisa terjadi berulang
biasanya dalam jumlah yang kecil (tidak material), dan tidak akan meningkatkan
efisiensi, kapasitas, atau memperpanjang masa manfaat dari aktiva tetap
terkait, oleh karena itu juga akan segera dicatat sebagai beban ketika terjadi.
Pada dasarnya, biaya-biaya yang dikeluarkan atas aktiva
tetap dapat diklasifikasikan menjadi empat tahap, yaitu tahap pendahuluan
sebelum perolehan -perolehan atau konstruksi, dan pemakaian.
Tahap pendahuluan terjadi sebelum pihak perusahaan yakin
atas kemungkinan dilakukannya pembelian aktiva tetap. Selama tahap ini, perusahaan
biasanya akan melakukan studi kelayakan dan analisis keuangan untuk menentukan
kemungkinan diperolehnya aktiva tetap. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam tahap
pendahuluan ini tidaklah dapat dikaitkan dengan aktiva tetap tertentu, sehingga
harus diperlakukan sebagai pengeluaran pendapatan.
Pada tahap pra - perolehan keputusan untuk membeli
aktiva tetap telah menjadi mungkin, namun belum terjadi. Biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam tahap ini, seperti biaya survei, sudah dapat dikaitkan dengan
aktiva tetap tertentu yang akan dibeli sehingga harus diperlakukan sebagai
pengeluaran modal.
Dalam tahap perolehan atau konstruksi, pembelian aktiva
tetap terjadi atau konstruksi telah dimulai, namun aktiva tetap tersebut belum siap
untuk digunakan. Biaya-biaya yang terkait langsung dengan aktiva tetap yang dibeli
ini harus dikapitalisasi dalam akun aktiva tetap tersebut. Contohnya adalah
harga beli mesin, pajak, ongkos angkut, biaya asuransi selama dalam perjalanan,
ongkos pemasangan dan biaya uji coba sampai mesin tersebut benar-benar dapat
dioperasikan akan dicatat dalam akun mesin. Demikian juga, untuk bangunan yang
dibangun sendiri, biaya-biaya yang terkait langsung dengan pembangunan gedung
baru tersebut akan dikapitalisasi sebagai akun pekerjaan dalam penyelesaian (construction
in progress). Ketika bangunan tersebut telah selesai dibangun dan siap untuk
dimanfaatkan, maka biaya yang telah dikapitalisasi sebagai akun pekerjaan dalam
penyelesaian akan ditransfer ke dalam akun aktiva tetap terkait, yaitu akun
bangunan. Contohnya adalah biaya arsitek, biaya untuk membeli bahan-bahan
bangunan, biaya upah pekerja, biaya sewa peralatan untuk membangun, bahkan
termasuk bunga atas dana yang dipinjam untuk membiayai pembangunan gedung baru
tersebut.
Dalam tahap pemakaian, aktiva tetap telah siap digunakan.
Sepanjang tahap ini, aktiva tetap seharusnya disusutkan. Selama tahap ini,
segala aktivitas perbaikan dan pemeliharaan atas aktiva tetap yang sifatnya
normal serta berulang harus dicatat langsung ke dalam akun beban untuk periode bersangkutan.
Sedangkan biaya yang terjadi untuk memperoleh tambahan komponen aktiva tetap
atau mengganti komponen yang sudah ada haruslah dikapitalisasi, sepanjang
biaya-biaya ini dapat meningkatkan efisiensi operasional dan kapasitas
produktif aktiva tetap atau memperpanjang masa manfaat aktiva tetap
bersangkutan.
Dalam praktik, suatu pengeluaran atas aktiva tetap akan
dikategorikan sebagai pengeluaran modal atau pengeluaran pendapatan sangat tergantung
sekali pada kebijakan manajemen mengenai batas ambang tingkat materialitas dalam
mengkapitalisasi suatu pengeluaran. Kalau kita berbicara mengenai tingkat materialitas,
sudah tentu bahwa setiap perusahaan memiliki ukuran yang berbeda-beda, sehingga
sangatlah mungkin bahwa sebuah pengeluaran yang sama namun akan diperlakukan secara
berbeda di masing-masing perusahaan. Sebagai contoh, misalkan di perusahaan A
memiliki kebijakan bahwa setiap pembelian barang (selain barang dagangan)
senilai Rp. 150.000,- ke atas akan dikapitalisasi sebagai pengeluaran modal,
sedangkan di perusahaan B, setiap pembelian barang (selain barang dagangan)
senilai Rp. 275.000,- ke atas. baru akan dikapitalisasi sebagai pengeluaran
modal. Jadi, jika seandainya perusahaan A dan perusahaan B meskipun sama-sama
melakukan pembelian sebuah tirai penutup jendela (yang diperkirakan memiliki
masa manfaat lebih dari satu tahun dan akan dipakai) seharga Rp. 180.000,-
namun masing-masing pengeluaran ini akan diperlakukan secara berberda pada
masing-masing perusahaan. Di perusahaan A, pembelian tirai penutup jendela akan
dicatat sebagai aktiva tetap (pengeluaran modal), sedangkan di perusahaan B
akan langsung dicatat sebagai beban (pengeluaran pendapatan) dalam laporan laba
rugi periode berjalan di mana pembelian tersebut dilakukan.
KOMENTAR