Dalam kehidupan ini, kita melupakan banyak hal untuk kita tentukan. Pernahkan bapak Ibu menentukan untuk bangun jam berpaa setiap hari? Mungkin kita p
Dalam kehidupan ini, kita melupakan banyak hal untuk kita tentukan. Pernahkah bapak Ibu menentukan untuk bangun jam berapa setiap hari? Mungkin kita pernah minta tolong ibu kita untuk membangunkan kita dari tidur. Tanpa merinci dengan tepat kapan kita minta dibangunkan, tentunya ibu kita cenderung membangunkan kita menurut nilai-nilai yang dimilikinya. Ketika kita dibangunkan jam 04.30 (subuh), mungkin itu adalah waktu yang pas bagi ibu untuk mulai mempersiapkan makan pagi dan membereskan rumah. Tetapi, kita bisa saja menjadi sebal karena masih terlalu pagi untuk bangun. Tidak ada rencana untuk mengerjakan banyak hal kecuali kuliah atau sekolah pada jam 7 pagi. Pikir Anda, mengapa harus bangun sepagi itu?
Tentukan Tujuanmu Dan Raih Pekerjaan Impian Itu Sekarang Juga!!! - Tetapi, ketika ibu membangunkan kita jam 6.30, kita mungkin juga akan marah-marah karena waktunya terlalu mepet dan kita dapat terlambat. yang menjadi permasalahan kita, apakah kita telah memberi tahu ibu kapan tepatnya kita dibangunkan?
Pagi adalah keterangan waktu yang relatif. Jam 02.00 dapat dikatakan pagi atau jam 09.00 dapat juga dikatakan pagi. Sebenarnya manakah yang lebih tepat dikatakan pagi?
Sama halnya Anda mengatakan kepada diri Anda untuk menjadi kaya. Anda berdoa kepada Tuhan, memohon dilimpahi kekayaan. Waktu sudah bergulir bertahun-tahun. Mungkin Anda sekarang sudah berumur 60 tahun atau 70 tahun, namun ternyata hidup Anda biasa-biasa saja. Anda mulai mempertanyakan Tuhan.
"Tuhanku, engkau tidak mengabulkan permintaanku? Apakah Engkau telah meninggalkanku? Selama hidupku aku telah memohon kepada Mu dan berbakti kepada-Mu tetapi engkau tidak pernah mengabulkan permohonanku?"
Misalnya, Anda mempunyai kekayaan yang cukup. Punya rumah tipe 45, satu sepeda motor, semua anak bersekolah sampai pendidikan tinggi, makan tidak pernah kurang, dan kebutuhan-kebutuhan lain tak kekurangan. Cukup dan biasa menurut Anda. Pernahkah Anda melihat ada orang yang dalam tingkat kehidupan yang jauh lebih rendah daripada Anda? Orang yang tidak punya rumah, tidak punya motor, bahkan tidak mampu makan rutin setiap hari. Anak-anak mereka tidak ada yang bersekolah dan kebutuhan-kebutuhan lain sangat jarang terpenuhi. Menurut orang lain, apakah Anda dapat dikatakan kaya dibandingkan dengan orang yang taraf kehidupannya berada jauh di bawah Anda?
Apakah benar doa Anda tidak dikabulkan oleh Tuhan?
Dalam seminar saya, saya pernah berkata, "Siapa yang ingin saya bikin kaya dalam waktu 1 menit? Silakan 1 orang tercepat untuk maju ke depan."
Respons para peserta seminar sangat luar biasa. Sebagian besar berebut untuk maju. Berhubung permainannya hanya untuk satu orang, tentunya mereka yang kalah cepat maju harus mundur kembali ke tempat duduk. lalu, saya berkata kepada pemenang tadi, "Apakah Anda ingin saya bikin kaya dalam waktu satu menit?"
"Ya, saya mau!" jawab orang itu.
Kemudian saya ambil uang Rp1.000 dari kantong saya, dan saya ucapkan, "Selamat, Anda telah kaya 1.000 rupiah dibandingkan dengan 1 menit yang lalu."
Apakah saya menyebutkan secara detail saya akan membuat kaya seberapa besar? Seberapa banyak?
Apakah dalam doa Anda selama bertahun-tahun tersebut mengatakan secara jelas seberapa besar kekayaan yang Anda minta? Seberapa banyak? Tuhan telah memberikan kita kekayaan yang jauh lebih besar daripada orang yang miskin dan tidak punya apa-apa. Semua doa Anda telah dikabulkan, namun Anda masih merasa bahwa doa Anda belum dikabulkan. Sebenarnya siapakah yang salah dalam hal ini Anda yang tidak menentukan secara jelas tujuan keinginan Anda atau Tuhan yang tidak mengabulkannya?
Jawabannya tentunya adalah karena Anda tidak mengatakan secara jelas besar kekayaan yang Anda inginkan. Anda mengatakan rumah yang banyak? Kekayaan itu bisa saja telah dikabulkan bertahun-tahun yang lalu. Rumah yang sekarang Anda tempati, rumah burung peliharaan Anda, rumah untuk anjing Anda di halaman, rumah-rumahan anak Anda, dan rumah (bahkan perumahan) yang Anda miliki dalam permainan monopoli.
Kenapa Anda tidak pernah memutuskan untuk menentukan secara detail goal Anda?
Hidup dapat saja terus mengalir tanpa merasa harus menanyakan kepada Anda apa saja yang Anda inginkan?
Pernahkah Anda mengatakan sesuatu yang jelas dalam sebuah undian bahwa saya menginginkan hadiah undian tersebut sebagai juara satu dengan hadiah utama mobil Lexus? Lalu, secara otomatis tindakan Anda mengarah untuk mencapai impian Anda. Anda berbelanja secara rutin di departement store yang menyelenggarakan undian tersebut, atau Anda sering membelanjakan uang Anda di tempat tersebut, atau apa pun yang dapat mengarahkan impian Anda dalam mencapai tujuan Anda, bahwa dengan menetapkan tujuan (goal) secara jelas hal yang Anda inginkan akan lebih mudah tercapai.
Pada saat saya bersekolah tingkat menengah umum (SMU), saya mempunyai dua orang teman dekat. Mereka sama-sama berasal dari salah satu provinsi terindah di Indonesia. Mereka melanjutkan pendidikan lanjutan atasnya sama dengan saya di SMA Koelse De Britto di Yogyakarta. mereka berdua adalah langganan juara ketika mereka bersekolah tingkat SMP di provinsi asal. Mereka selalu bersaing untuk mendapatkan peringkat teratas. Kalau tidak si A, ya B yang menjadi juara satunya, selalu berulang mulai dari kelas satu SMP.
Saat saya tengah bersekolah kelas satu SMA, saya dekat dengan A. Karena saya sering meminjam buku catatannya dan saya sering minta tolong dia untuk menerangkan tentang sesuatu, saya jadi dekat dengannya dan kami sering membicarakan banyak hal. Pada awal semester satu dia telah memutuskan untuk menjadi juara kelas. Kenyatannya adalah seperti yang dia inginkan. Hampir sepanjang tahun dari kelas 1 sampai tahun ke 3, A selalu juara kelas, entah ranking dua atau pertama.
Pada saat kelas tiga, saya dekat dengan B. Sampai hari ini, dia masih merupakan sahabat baik saya. Saya baru tahu banyak hal tentang dirinya ketika kami sudah berteman dekat, yakni ketika kami sering nonton bioskop bareng. Kami hampir setiap hari pergi ke bioskop. Entah bioskop modern dan baru gedungnya; bioskop yang gedungnya sudah berdiri lama; bioskop yang kursi-kursinya banyak kepindingnya; maupun bioskop yang berada di tengah pasar atau yang dekat dengan alun-alun, ramai oleh para pengayuh becak, atau apa pun, pokoknya semua bioskop yang menayangkan film yang belum pernah kami tonton.
Ternyata A dan B adalah pesaing semenjak SMP untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Mereka selalu bersaing. Tetapi B, selama berada di bangku SMA adalah anak yang tidak pernah meraih juara. Ia selalu berada di tengah bahkan tidak ada yang pernah tahu kalau dia termasuk anak yang selalu juara ketika ia duduk di bangku SMP.
Saya tertegun dengan kenyataan ini. Bagaimana bisa seorang anak yang selalu bersaing untuk memperebutkan juara umum di sekolah menengah pertamanya sekarang posisinya terpuruk? Usut punya usut, dalam sebuah kesempatan ngobrol secara mendalam dengannya, saya mendapati bahwa dia tidak menetapkan sebuah keinginan yang besar untuk pendidikan SMA-nya. Semuanya dibiarkan mengalir begitu saja. Dia tidak menetapkan GOAL yang jelas saat menimba ilmu di SMA-nya. Ya, jelas saja, tidak ada yang patut dibanggakan dalam periode itu. Dia tidak menentukan target yang jelas, yakni apa yang harus dia capai. Hal itu berlangsung sampai dia kuliah. Dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di ITB Bandung, namun dia tidak diterima. Saya tidak tahu apakah keinginan itu dimilikinya saat-saat terakhir kelulusan atau semenjak dari kelas satu SMA. Yang saya tahu dia tidak diterima di ITB sehingga ia tetap melanjutkan pendidikannya, kuliah di Yogyakarta.
Tahun-tahun berikutnya segala sesuatu berjalan sebagaimana yang seharusnya terjadi sampai suatu ketika saya mendapat kabar bahwa pendidikannya kacau. Dia hampir tidak pernah kuliah lagi. Dia kecanduan game yang susah untuk dihentikan. Ketika kecanduan pada sebuah game hilang, kecanduan itu beralih ke game yang alin dan lebih baru. Begitu yang terjadi selama bertahun-tahun sampai suatu ketika ayahnya memutuskan dia harus kembali ke daerah asalnya tanpa pernah menyelesaikan kuliahnya.
Ironis sekali ketika melihat kenyataan bagaimana seorang yang sangat pintar, seorang yang sangat berbakat, ternyata telah berubah menjadi seseorang yang tidak mempunyai pegangan jelas dalam hidup. Dia tidak pernah memutuskan hal yang jelas dalam hidupnya. Segala sesuatu mengalir tanpa alur dan tanpa ketegasan terkait dengan keinginan yang harus dicapainya.
Apakah sampai hari ini Anda tidak pernah memutuskan target hidup Anda? Apakah segala sesuatu dibiarkan mengalir begitu saja dan tanpa ada batasan keinginan yang harus dicapai?
Anda seperti orang yang naik taksi tapi tanpa mengatakan tujuan yang jelas kepada pak sopir, entah mau ke mana. yang penting Anda telah masuk ke dalam taksi dan mau diantar entah ke mana saja. Anda tidak akan pernah sampai tujuan kalau Anda tidak pernah memutuskan secara pasti tujuan Anda akan melangkah. Anda hanya akan berada di tempat dan hidup dalam keadaan yang selalu sama.
Mungkin Anda telah memutuskan goal Anda secara jelas, tetapi pernahkah Anda memutuskan goal yang harus dicapai dalam batasan waktu tertentu? Bukan menggurui Tuhan, bukan mendahului kehendak Tuhan. Itu urusan dan kuasa Tuhan kapan Ia sudi mengabulkan doa kita, tetapi sudahkah kita mempunyai parameter/batasan yang dapat memberi tahu posisi kita? Apakah kita telah melampaui target yang kita inginkan? Sudahkah kita melampaui atau malahan tidak mengarah sama sekali pada target kita?
Kita mungkin saja melampaui tenggat waktu, molor, dari jadwal yang kita tentukan atau kita belum mencapai target yang kita inginkan atau kita terlambat mencapai tujuan kita. Situasi tersebut tidak salah, tetapi kita jadi tahu kekurangan apa yang harus kita perbaiki untuk mencapai impian kita. Kita jadi tahu koreksi apa yang dibutuhkan untuk mencapai hal yang ingin kita capai. Kita hanya bisa tahu kalau ada batasan/parameter yang memberitahu posisi kita sekarang dalam mencapai target.
Ketika dahulu kita bersekolah, ada masa ketika guru Anda menentukan target sebuah tanggal untuk ulangan matematika. Anda mempersiapkan diri untuk menghadapi ulangan itu dengan baik. Ketika bangun tidur, Anda langsung belajar sebelum bersiap-siap berangkat sekolah. Pulang sekolah masih mengerjakan beberapa soal untuk mengasah kemampuan matematika Anda. Dan sore hari setelah Anda bermain, Anda masih melanjutkan belajar matematika setelah beberapa pelajaran lain Anda ulas. Anda mempelajari bab1, bab 2 sampai bab terakhir, yakni bahan ujian matematika tersebut.
Dalam waktu yang telah ditentukan, tentunya Anda akan dapat memperkirakan berapa banyak materi yang harus dibaca sehingga ketika waktunya tiba, semua bab telah dapat Anda pelajari dan Anda siap untuk ujian. Misalnya, dalam 5 hari ke depan akan ada ulangan matematika, dan ada 10 bab yang harus dipelajari. Untuk itu, target Anda adalah belajar matematika 2 bab dalam sehari sehingga tepat 5 hari kemudian Anda telah melahap 10 bab.
Tetapi, misalnya guru Anda mengatakan akan ada ulangan matematika dadakan alias tanpa pemberitahuan, mungkin besok, lusa atau bisa sebulan lagi. Persiapan Anda tentunya akan kacau dan hasil yang di dapat tidak maksimal atau sesuai dengan yang Anda inginkan.
begitu pula dalam hidup Anda. Ketika Anda memutuskan untuk mendapatkan pekerjaan impian Anda, dan Anda tidak mengatakan kapan target impian itu harus dicapai, Anda bisa saja menghabiskan waktu 10 tahun untuk mencari pekerjaan. Akankah Anda terus mengejar impian Anda kalau Anda tidak pernah tahu kapan itu akan menjadi kenyataan? Anda tidak tahu perusahaan apa yang Anda kejar? Posisi apa yang Anda kejar? Berapa gaji yang Anda kejar? Di mana letak perusahaan yang Anda kejar? Selamanya Anda akan mengejar asap dan angin!
Seperti sebuah peluru kendali (rudal), ketika target telah di-locked maka ke mana pun target bergerak secara otomatis rudal akan mengejarnya. Ke mana target bergerak, baik ke atas, ke bawah, melaju kencang, ke kiri atau ke kanan, begitu targetnya melambat langsung target terhantam oleh peluru kendali. Begitu pula ketika Anda men-setting goal. Semua daya upaya Anda akan sedemikian rupa mengarah pada target Anda. Entah omongan Anda, komunitas Anda, teman kerja Anda, kerja keras Anda, dukungan keluarga, semua mengarah pada target yang telah di locked Anda tinggal menunggu kapan target itu akan tercapai.
Tetapi, ketika Anda tidak pernah mencanangkan target, peluru kendali akan bergerak bebas tanpa arah dan tidak pernah tahu ke mana. Suatu ketika rudal itu akan menabrak sesuatu yang salah dan tidak kita inginkan. Itu pun setelah berputar-putar dalam waktu lama sampai kehabisan bahan bakar, jatuh di suatu tempat, dan meledak.
Permasalahannya adalah sebagai manusia kita punya keterbatasan, entah tenaga, waktu, tempat, dan sebagainya sehingga ketika kita tidak efektif mengarahkan sasaran, kita seperti layangan putus yang arah layangannya hanya angin yang menentukan, lalu semakin lama semakin menurun dan akhirnya teronggok entah di mana. Kita diperlakukan sebagai objek, bukan sebagai subjek yang dapat menentukan jalan hidup kita. Aspek-aspek luar yang menentukan nasib kita terlalu besar sehingga kita menjadi tidak berdaya dan jauh dair impian kita.
Contohnya adalah seperti salah seorang teman kuliah saya. Dia termasuk orang yang berjasa membuat saya lulus (saya mengaku saat itu saya sudah mau menyerah saat kuliah. Sudah mau mundur, tetapi teman ini selalu memotivasi saya untuk terus mengerjakan skripsi saya).
Dia lulus lebih dahulu dibandingkan saya, lebih cepat satu periode. Ternyata selama SMA dia jago matematika dan langganan juara. Dia lulus pada tahun 1999. Dan ternyata sampai hari ini dia masih mencari pekerjaan yang tepat buat dirinya. Tepat yang seperti apa, di mana? Apa? Gaji? Jabatan? Ia sudah bertahun-tahun mencari pekerjaan yang dia cari dan dia tidak pernah tahu sampai kapan dia akan terus mencari pekerjaan?
Berdasarkan pengalaman pribadi, saya berani memutuskan kalau saya tidak bekerja di perusahaan minyak internasional dengan gaji sekian juta rupiah agar saya punya kesempatan jalan-jalan keluar negeri, yang dapat memberi fasilitas dan tunjangan yang saya inginkan, libur dan waktu kerja yang seimbang, saya akan berwiraswasta. Saya hanya memutuskan untuk mengirim 10 surat lamaran walaupun dalam praktiknya hanya terkirim 5. Here I am. Saya bangga pada keputusan saya, saya bangga dengan kondisi saya sekarang, saya bersyukur bahwa saya tidak diterima. Saya tahu batasan saya ketika saya harus melangkah, ketika saya harus menentukan arah hidup saya, saya selalu detail dalam menginginkan sesuatu.
Karena detail adalah batasan, definisi, dan parameter terkait sejauh mana kita telah dekat dengan tujuan impian kita, dengannya kita dapat melakukan evaluasi agar arah kita selalu pada jalur yang benar, pada arah yang benar, yakni mengarah pada tujuan kita. Ketika Anda men-setting GOAL, Anda tahu dengan jelas tujuan Anda. Anda tahu ke arah mana Anda akan melangkah, Anda tahu kapan Anda mulai menjauh dari GOAL, dan kapan Anda harus mengembalikan pada jalur yang benar.
Set your GOAL and... Get your dream right now!!!
Raharjo, Ridwan. 2010. Revolusioner! Mudah Cari Pekerjaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
KOMENTAR