Ada sebuah istilah yang sangat menarik, "you may lose the battle but win the war".
Ada sebuah istilah yang sangat menarik, "you may lose the battle but win the war". Kata battle di sini diistilahkan sebagai perang kecil dan war adalah sebuah perang yang lebih besar. Inilah yang disebut mengalah untuk menang. Kita sering mengartikan bahwa mengalah itu ya berarti kalah, padahal tidak demikian. Mengalah bukan berarti kalah, namun mundur selangkah untuk meraih kemenangan.
Mengalah Bukan Berarti Kalah - Zaman dahulu, saat Nabi Muhammad SAW keluar dari rumah, beliau pasti melewati rumah seorang Yahudi yang punya kebiasaan unik, yaitu meludahi Rasulullah dari depan rumahnya. Ini berlangsung setiap hari. YES, EVERYDAY! Reaksi Nabi Muhammad? Hanya tersenyum membersihkan ludah yang menempel di bajunya, dan pergi meninggalkan Yahudi ini.
Sebelum saya lanjutkan ceritanya, coba bayangkan bagaimana kalau kita yang ada di posisi Rasululah yang setiap hari diludahi? Sudah bisa dibayangkan, mungkin setiap pagi akan ada pertandingan tinju tanpa wasit di depan rumah Yahudi itu. Belum lagi tambahan kata-kata dari Planet Mars seperti "kucing lo!" atau "kelinci lo!" dan teman-temannya pasti keluar semua di situ.
Sampai pada suatu pagi ketika Nabi Muhammad SAW lewat di depan rumah sang Yahudi, beliau heran karena tidak ada lagi ludah terbang. Satu hari lewat, dua hari lewat, sampai di hari ketiga tetap tidak ada ludah dari sang Yahudi. Rasulullah pun bertanya kepada para sahabat, dan beliau mendapat laporan bahwa ternyata dia sedang sakit. Reaksi spontan beliau saat mendengar Yahudi ini sakit adalah langsung mendatangi ke rumahnya. Sesampainya, betapa kagetnya sang Yahudi bahwa orang yang selama ini diludahinya, menjadi orang yang pertama menjenguknya saat dia sakit.
Awalnya sang Yahudi ketakutan Rasulullah akan membalas meludahi dia dikarenakan dirinya yang sedang sakit dan tidak berdaya, bahkan akan memperlakukan lebih parah dari sekedar meludah. Tapi apa yang disangkanya 100% salah. Nabi Muhammad SAW datang untuk menjenguk dan mendoakan sang Yahudi agar sembuh dari penyakitnya. Doa Rasulullah itu tanpa hijab (penghalang) dan tidak pernah tertolak. Maka tidak lama kemudian, sembuhlah sang Yahudi ini dari sakitnya.
Lalu apa yang terjadi? Sang Yahudi memeluk erat Nabi Muhammad SAW., dan menyatakan ingin masuk Islam. Dia kemudian mengucapkan Syahadat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Asyhadu allaa ilaa ha illallaah wa asyhadu anna muhammadan rasulullaah (saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan saya bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah).
Luar biasa! Inilah contoh yang sangat nyata bagaimana mengalah itu bukan untuk kalah, melainkan kemenangan yang akan didapat! Dalam cerita ini, Nabi Muhammad boleh saja kalah dalam battle (pertempuran kecil), namun beliau sungguh menang dalam war (perang yang lebih besar). Apa kekalahan battle dari Rasulullah? Beliau setiap hari diludahi oleh Yahudi tersebut. Kalau mau dilihat secara kasatmata ini kan kalah.
Rasulullah menahan diri untuk tidak membalas karena beliau tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang harus dia perjuangkan, yaitu tugas utamanya berada di muka bumi ini, untuk memperbaiki akhlak manusia dan menyiarkan Islam seluas-luasnya sebagai agama yang rahmatan lil 'aalamiin (rahmat bagi seluruh alam semesta).
Lalu apa kemenangan war Rasulullah? Jelas sekali, kemenangan Rasulullah adalah pada akhirnya Sang Yahudi mengucapkan syahadat dan memeluk agama Islam. Inilah kemenangan besar Nabi Muhammad SAW yang berhasil dan membuat sang Yahudi memeluk agama Islam atas kesadaran sendiri.
Dalam menyikapi cerita ini, beberapa orang mungkin akan bilang, "Ya jelas aja bisa sabar diludahin, kan beliau itu Nabi! Kalau kita orang-orang biasa gini mana bisa tahan kalo diludahin tapi nggak bales?" Ada benarnya. Tapi kan ibarat kualitas parfum, setelah original kan ada yang namanya KW 1, KW 2, sampai KW 10.
Ini juga sama! Kalau kita tidak bisa meneladani Nabi Muhammad 100%, alangkah baiknya jika kita berusaha meneladani kemuliaannya sedikit demi sedikit. Karena sudah jelas bahwa Rasulullah-lah suri teladan yang patut kita tiru.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab [33]: 21)
Dalam hidup kita pun demikian, banyak sekali kejadian yang berhubungan dengan hal ini. Misalkan di suatu toko handphone. Ada penjual, anggaplah Bapak A dan pembelinya Ibu B.
Target dari Bapak A kan cuma satu, yaitu Ibu B membeli handphone. Mungkin bisa ditambahkan long-term terget-nya adalah Bu B akan kembali lagi ke tokonya. Untuk sampai kepada target ini kan tentunya harus ada usaha? Hukum alam mengatakan bahwa mustahil orang mau mendapatkan sesuatu tapi dia tidak berusaha.
Pak A untuk mencapai tujuannya ini terkadang harus mengalami battle-battle kecil. Pak A tentunya mengharapkan Bu B nggak banyak nanya dan langsung beli handphone. Enak kan kalo gitu? Iya enak kaalu sesuai perkiraan. Tapi kenyataan tidak seindah perkiraan.
Ternyata Bu B ini sangat teliti, banyak nanya, ngoceh terus, bahkan untuk hal yang sudah dijelasin berulang kali dia tetap balik ke pertanyaan yang sama. Respons dari Pak A lah yang menentukan apakah dia akan menang dalam war atau kalah.
Kalau Pak A mau ngikuti kata hati, lebih baik dia marahin Bu B karena banyak nanya tapi nggak beli juga. Bahkan, usir sekalian. Kalau ini yang terjadi, berarti dalam battle kecil Pak A menang, tapi dia kalah dalam perang yang lebih besar.
Bu B yang tadinya akan beli handphone, akhirnya kesal dan pindah ke toko sebelah yang ternyata punya karyawan yang lebih sabar kepada Bu B. Akhirnya Bu B luluh dan membeli handphone di toko sebelah dan bukan tokonya Pak A.
Jadi sebaiknya yang harus dilakukan kalau menghadapi pembeli seperti Bu B, ya udah telen aja ocehannya mentah-mentah selama masih dalam batas wajar. Tapi dalam hati tetep bilang. "Silakan lo ngoceh-ngoceh, tapi gw bakal buat lo beli handphone gw! Kalau akhirnya Ibu B beli, berarti Pak A menang war karena memang tujuan penjual adalah menjual barang dagangan.
Hal ini berlaku untuk semua aspek kehidupan, baik itu karier, persahabatan sampai percintaan. Contoh lainnya adalah hal yang sangat lumrah jika tidak semua orang menyukai kita. Siapa pun dia, dari tukang sapu sampai menteri, pasti ada orang-orang yang tidak suka. Entah apa pun itu alasannya.
Tidak akan ada gunanya untuk meyakinkan orang yang tidak suka kepada kita agar menjadi suka, karena memang hanya akan menghabiskan waktu saja dan mungkin kita akan terlihat sedikit "gila". Tapi saran saya cobalah untuk tetap berbuat baik terhadap orang yang tidak suka kepada kita.
Pada akhirnya, biasanya, orang yang membenci kita bisa menjadi teman. Jadi janganlah terlalu membenci musuh karena bisa menjadi orang yang paling engkau cintai. Ini adalah cara bagaimana kita bisa menang sebuah war meskipun kalah battle.
Selain itu, berlaku baik terhadap sesama juga merupakan suatu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur'an (QS. An-Nahl [16]: 90) Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berlaku baik."
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa terkadang untuk mencapai suatu tujuan, kita tidak harus selalu berjalan maju ke depan. Ada kalanya kita berhenti sejenak untuk melihat situasi, ada kalanya kita bergeser ke kanan sebentar dan ada kalanya kita mundur ke belakang untuk sementara waktu sebelum melangkah maju ke depan lagi. Inilah yang saya sebut strategi "you may lose the battle but win the war", yaitu keadaan di mana kita harus mengalah sementara waktu untuk suatu kemenangan yang lebih besar.
Sistem pemerintahan Qatar adalah Monarki Absolut, yang dipimpin oleh seorang Raja (Emir) dari keluarga Al-Thani secara turun temurun.
Assad, Muhammad. 2011. Notes From Qatar Limited Edition. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
KOMENTAR