Siapa yang mau menikah? Pasti semua mau! Untuk itu, saya akan memberikan pandangan tentang pernikahan dalam tulisan kali ini.
Siapa yang mau menikah? Pasti semua mau! Untuk itu, saya akan memberikan pandangan tentang pernikahan dalam tulisan kali ini.
Daftar isi Misteri Tentang Jodoh Dan Menikah Muda:
- Rezeki, Jodoh, dan Maut
- Menikah Muda
- Keuntungan Menikah Muda
- Kerugian Menikah Muda
- Bagaimana Memilih Calon Suami atau Istri?
Misteri Tentang Jodoh Dan Menikah Muda - Sebetulnya agak kurang pas kalau saya membahas tentang pernikahan, karena saya sendiri belum menikah, jadi tidak bisa bercerita pengalaman. Ibarat orang cerita tentang enaknya bakso tapi belum pernah makan bakso. But well, saya akan coba bahas dengan melihat dari beberapa contoh teman-teman seangkatan atau adik kelas yang sudah menikah di usia muda. Apa mereka bahagia? Apa ada masalah? Apa mereka menyesal?
Allah menciptakan segala yang ada di muka bumi ini berpasang-pasangan. Seperti malam dan siang, kaya dan miskin, matahari dan bulan, pria dan wanita, dan seterusnya. Tujuannya adalah untuk saling melengkapi, saling bekerja sama, saling mengisi dan saling menyempurnakan.
Pernahkah kita membayangkan jika alam ini siang terus dan tidak pernah berputar ke malam? Lalu, bagaimana tubuh kita beristirahat? Selain itu, sudah di pastikan bahwa bumi ini akan hancur akibat dahsyatnya sinar matahari. Atau kebalikannya, pernahkah kita membayangkan bagaimana jika malam terus menerus 24 jam tanpa adanya siang? Tubuh ini mungkin akan kaku karena kedinginan, dan bumi pun membeku.
Demikian juga dengan manusia. Sudah kodratnya bahwa kita diciptakan berpasang-pasangan. Secara fisik dan fungsional, laki-laki adalah pasangan wanita. Jika mereka tidak berpasangan, maka hasil akhirnya adalah masalah, baik secara individual maupun sosial. Mengapa demikian? Karena memang sudah kodratnya seperti itu. Itulah fitrah manusia yang berpasangan. Begitulah kesempurnaan Sang Pencipta mendesainnya.
"Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan." (QS. An Najm [53]: 45)
"Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan." (QS. An Naba [78]: 8)
Dari dua ayat di atas jelas bahwa Allah telah menciptakan seseorang yang akan menjadi pasangan hidup kita kelak. Setelah mengetahui bahwa memang fitrah-nya manusia memiliki pasangan, lalu pertanyaan selanjutnya, siapakah jodoh kita? Nah ini dia yang kadang membuat hati dag dig dug, terutama di benak hati kaum hawa.
Rezeki, Jodoh , dan Maut
Rezeki, jodoh, dan maut adalah rahasia Allah, kita tidak tahu siapa yang akan menjadi jodoh kita. Bahkan sepupu saya yang sudah bertunangan dan berencana akan menikah, ternyata putus di tengah jalan dengan tunangannya dan akhirnya menikah dengan orang yang berbeda. Inilah misteri jodoh.
Namun, bukan karena jodoh menjadi rahasia Allah maka kita jadi santai duduk-duduk, tidur-tiduran dan menunggu sampai jodoh itu datang dari langit. Tidak akan ada cerita seperti itu. Hal yang harus kita lakukan adalah terus berusaha dan berdoa kepada Allah agar diberikan jodoh yang terbaik.
Menikah itu bukan hanya sekedar meyatukan dua insan atau menyambung silahturahmi dua keluarga, tapi hukumnya adalah ibadah. Itulah sebabnya Rasulullah menganjurkan untuk menikah dan dalam salah satu haditsnya beliau mengatakan bahwa orang yang menikah itu telah menyempurnakan setengah agamanya. Karena sesuatu yang tadinya haram dilakukan sebelum menikah maka menjadi halal hukumnya setelah menikah.
Menikah Muda
Setelah sudah mantap menikah, pertanyaan selanjutnya siapkah kita menikah di usia muda? Jawabannya pasti macam-macam, ada yang bilang "Wah belum kerja nih Pak!" atau "Belum siap lahir batin Om!" atau "Mau ngasih makan istri apa nanti?", dan berbagai jawaban defensive lainnya. Tapi jawaban yang paling banyak adalah karena merasa belum ada rezeki yang cukup untuk membiayai hidup setelah pernikahan.
Kalau menurut saya, jangan takut untuk menikah, biar urusan rezeki nanti Allah yang atur. Bukankah Dia Sang Maha Kaya? Dan banyak orang-orang, termasuk teman saya yang justru reekinya bertambah setelah menikah, dan orang-orang yang masih takut menikah tetap seperti itu aja hidupnya, stagnan.
berbicara mengenai usia menikah muda itu relatif. Kalau menurut UU Kepemudaan, seseorang dikatakan pemuda/pemudi itu sampai batas umur 30 tahun. Tapi kalau menikah pada saat 30 tahun, itu jelas bukan di usia muda lagi. Makanya usia muda itu bermacam-macam penafsirannya, bisa saja berarti usia produktif (17-35 tahun), atau usia subur (20-30 tahun), atau bisa juga usia remaja (15-25 tahun). Tapi, dalam konteks ini, orang banyak mempersepsikan kurang lebih di kisaran umur 17-23 tahun.
Apa menikah muda itu enak? Hampir 90% dari orang yang menikah di usia muda memberikan jawaban enak, bahkan ada yang bilang enak banget. Saya juga melihat dari beberapa teman yang sudah menikah si emang enak kayaknya. Berikut beberapa pendapat pribadi saya mengenai keuntungan dan kerugian menikah muda.
Keuntungan Menikah Muda
- Usia produktif. Umur 17-23 tahun adalah masa-masa full of energy and full of power! Makanya mengapa kalangan medis menyebutkan bahwa usia 20-an adalah saat terbaik untuk bereproduksi karena keadaan Sang Ibu dalam kondisi prima. Pada usia ini kemungkinan melahirkan anak yang lucu, montok, sehat dan imut sangatlah besar.
- Berpahala. Menikah itu menghindarkan kita dari perbuatan zina serta memberikan suatu media yang legal dan halal untuk menyalurkan kebutuhan biologis, yang dulu kalau sebelum nikah haram dilakukan tapi setelah menikah menjadi halal. Setelah menikah, istri yang patuh kepada suaminya pun akan mendapat pahala, dan hal-hal baik lainnya.
- Membawa keberkahan. Menikah akan mendatangkan keberkahan dari Allah, InsyaAllah rezeki bertambah, hidup semakin bangga, dan alin-lain.
- Mempunyai tempat sharing dan berbagi. Manusia pasti membutuhkan teman berbagi dalam suka dan duka. Nah, kalau sudah punya suami atau istri kan enak, bisa saling cerita dan saling support jika ada masalah. Selain itu, bisa saling tukar ilmu dan diskusi, dan bukan hal yang mustahil dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing bisa membuat suatu usaha. Misalkan sang suami jago marketing, sementara istri jago masak. Hasil akhir? Buka restoran.
- Hati menjadi tenteram dan penuh kasih sayang. Istri dan anak adalah penyejuk hati. Ini sesuai dengan firman Allah: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Ruum [30]: 21).
- Menjadikan pribadi lebih dewasa. Banyak kita melihat adanya perubahan perilaku dari orang-orang yang telah menikah menjadi lebih dewasa, bertanggung jawab dan berkomitmen di dalam hidup. Sahabat kecil saya yang sekarang sudah menikah dan punya anak, kelakuannya sudah lebih baik dan berbeda dibandingkan dulu. pernikahan bukan sesuatu yang main-main, tanggung jawab bagi kedua belah pihak semakin bertambah.
- Saving money. Dengan menikah di usia muda, kemungkinan selamat dari penghamburan waktu dan uang sangat besar. Biasanya kalau masih single pas malam minggu hang out bareng teman-teman dan banyak menghabiskan uang, tapi kalau sudah berkeluarga mending nonton DVD di rumah bersama anak dan istri sambil minum cendol dan makan jagung bakar.
- Ada yang ngurusin. Ini mungkin terlihat hal sepele, tapi ngaruh juga. Contohnya seperti saya yang tinggal sendirian di apartemen di Doha, paling males kalau harus masak. Akhirnya tiap malam saya sering makan indomie. Saya bandingkan dengan teman-teman yang memiliki istri, kayaknya enak bener tiap pulang kuliah langsung masuk apartemen dan makanan sudah terhidang!
Kerugian Menikah Muda
- Ego masih besar. Orang-orang yang masih di kisaran umur 17-23 tahun mayoritas adalah ABG yang baru beranjak dewasa alias ababil (ABG labil), di mana tingkat kematangan belum stabil dan gejolak emosi masih membara. Jadi kalau antara suami istri tidak pandai mengatur emosi, dan dua-duanya sama-sama keras, maka jadinya batu lawan batu, alias pecah!
- Waktu untuk sendiri jadi berkurang. Kalau dulu mungkin sering nongkrong, sekarang sudah beda. Ke mana-mana pun tidak bisa sebebas dulu. Contohnya teman kampus saya di sini. Dulu katanya waktu muda senang mengembara, sekarang sudah tidak memungkinkan sebebas dulu.
- Mengorbankan beberapa cita-cita. Dulu sewaktu belum menikah, mungkin ibaratnya kita mau menjelajah dunia, mau kuliah di sini, mau kerja di negeri sana, dan lain-lain. Saat sudah menikah, tentunya sebelum kita memutuskan sesuatu, ada banyak pertimbangan yang harus dilakukan, dan ada kemungkinan beberapa cita-cita kita harus ada yang dikorbankan demi kepentingan keluarga.
Bagaimana Memilih Calon Suami atau Istri?
Dalam hal memilih calon istri, Rasulullah telah mengajarkan: "Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena kecantikannya, karena nasab (keturunan) nya, karena agamanya. Maka pilihlah alasan menikahinya karena agamanya, karena akan sejahtera hidupmu. Kalau tidak, maka merugilah." (Muttafaq 'alaih)
Rasulullah kemudian memperkuat dengan sabdanya: "Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, maka Allah tidak akan menambahkan baginya kecuali kehinaan. Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena kakayaannya, maka Allah tidak akan menambahkan baginya kecuali kefakiran."
Beliau melanjutkan, "Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena kemuliaan nasab (keturunan)-nya, maka Allah tidak akan menambahkan baginya kecuali kerendahan. Dan, barang siapa yang menikahi seorang wanita dan ia tidak menginginkan kecuali supaya dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya atau menyambung tali silaturahim, maka Allah akan memberkahi mereka berdua." (HR. Thabrani).
Dalam dua hadits tersebut jelas bahwa ada 4 hal utama yang dipilih saat menikah, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Dari keempat itu, Nabi Muhammad SAW., menyuruh kita untuk memilih berdasarkan agamanya, harus seiman. Hal ini berlaku untuk pria dan wanita.
Jangan salah paham, bukan berarti Rasulullah melarang kita untuk menikah dengan wanita yang cantik atau pria yang tampan, atau yang kaya atau dari keturunan yang baik. Hal itu tentu saja boleh. yang dimaksud dalam hadits itu adalah tentang niat dan prioritas awal dalam menikahi seseorang.
Prioritas pertama yang harus dipilih adalah agamanya, atau dalam artian harus seiman. Selanjutnya terserah Anda! Mau menikah dengan wanita kaya? Tentu boleh. Dengan wanita dari keturunan yang baik? Tentu juga boleh. Dengan wanita yang cantik? Boleh banget!
Namun, semua itu valid setelah prioritas pertama dipenuhi, yaitu karena agamanya atau seiman. Jadi, setelah kita menemukan calon yang seiman, lalu ternyata dia juga cantik, kemudian Alhamdulillah dari keluarga yang baik-baik dan ternyata kaya raya, wah itu namanya dapet paket hemat komplit!
Jadi kesimpulannya, berusahalah mencari jodoh yang baik hati, rajin menabung, tidak sombong dan yang paling penting, seiman! Kalau sudah ketemu, jangan terlalu lama menunggu, langsung ngomong ke Nyak dan Babe minta dinikahin, lalu segera ijab qabul dan welcome to the new world!
Assad, Muhammad. 2011. Notes From Qatar Limited Edition. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
KOMENTAR