Sebagian besar penerimaan kas perusahaan tentu saja berasal dari hasil kegiatan normal bisnisnya, yaitu melalui penjualann tunai (baik untuk perusahaan dagang maupun perusahaan jasa), ataupun sebagai hasil penagihan piutang usaha dari pelanggan (dalam hal penjualan kredit). Sedangkan penerimaan kas lainnya timbul dari kegiatan non-operasional perusahaan. Contoh sumber penerimaan kas lainnya ini adalah berasal dari pendapatan bunga, sewa, deviden, setoran pemilik, hasil pinjaman bank, hasil penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai, hasil penerbitan dan penjualan saham, obligasi dan sebagainya.
Mengingat kas merupakan aktiva yang paling lancar dibanding aktiva lainnya, maka untuk mengamankan penerimaan kas ini diperlukanlah sebuah sistem pengendalian internal yang sangat baik dan ekstra hati-hati.
Secara garis besar, berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip pengendalian internal atas penerimaan kas:
|
PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PENERIMAAN KAS |
Pengendalian Internal Atas Penerimaan Kas - Sebagian besar penerimaan kas perusahaan tentu saja berasal dari hasil
kegiatan normal bisnisnya, yaitu melalui penjualann tunai (baik untuk
perusahaan dagang maupun perusahaan jasa), ataupun sebagai hasil penagihan
piutang usaha dari pelanggan (dalam hal penjualan kredit).
Sedangkan penerimaan kas lainnya timbul dari kegiatan
non-operasional perusahaan. Contoh sumber penerimaan kas lainnya ini adalah
berasal dari pendapatan bunga, sewa, deviden, setoran pemilik, hasil pinjaman
bank, hasil penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai, hasil penerbitan dan
penjualan saham, obligasi dan sebagainya.
Baca juga PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PEMBAYARAN KAS
Mengingat kas
merupakan aktiva yang paling lancar dibanding aktiva lainnya, maka untuk
mengamankan penerimaan kas ini diperlukanlah sebuah sistem pengendalian internal
yang sangat baik dan ekstra hati-hati.
Secara garis besar,
berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip pengendalian internal atas
penerimaan kas:
- Hanya karyawan tertentu saja
yang secara khusus ditugaskan untuk menangani penerimaan kas.
- Adanya pemisahan tugas (segregation
of duties) antara individu yang menerima kas, mencatat/membukukan
penerimaan kas, dan yang menyimpan kas.
- Setiap transaksi penerimaan kas
harus didukung oleh dokumen (sebagai bukti transaksi), seperti slip berita
pembayaran (pengiriman) uang/remittance advices (dalam kasus penerimaan
uang lewat pos/mail receipts), struk/cash register record (dalam
ksaus penerimaan uang lewat konter penjualan/counter receipts), dan
salinan bukti setor uang tunai ke bank(deposite slips).
Seluruh uang kas
harian yang diterima perusahaan dipegang oleh departemen kasir (kepala kasir).
Salinan lembar pertama dari ringkasan total penerimaan kas harian yang telah
disiapkan oleh departemen kasir diserahkan ke departemen akuntansi; untuk
selanjutnya oleh bagian akuntansi akan dipergunakan sebagai dasar pencatatan
transaksi ke dalam jurnal (tentu saja setelah melewati proses analisis
transaksi dan identifikasi akun), lalu dibuatkan buku besar, dan setrusnya
sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada dalam siklus akuntansi. Sedangkan
salinan lembar kedua dari ringkasan total penerimaan kas harian tadi yang telah
disiapkan oleh departemen kasir diserahkan kebagian keuangan. Dokumen asli yang
memuat ringkasan total penerimaan kas harian itu sendiri tetap akan di simpan di
departemen kasir.
- Uang kas hasil penerimaan
penjualan harian atau hasil penagihan piutang dari pelanggan harus disetor ke
bank setiap hari oleh departemen kasir.
Departemen kasir
(kepala kasir) akan mengisi formulir setoran bank dan kemudian menyetorkan uang
kas tadi ke bank. Salinan bukti setor bank ini, lalu akan diserahkan oleh
departemen kasir ke bagian keuangan. Jika uang kas hasil penerimaan penjualan
harian atau hasil penagihan piutang tersebut tidak sempat disetorkan ke bank,
maka simpanlah uang kas tadi dalam safe deposite box, dan hanya satu
orang tertentu saja yang ditunjuk atau memiliki kode akses untuk membukanya;
hal ini dilakukan untuk menghindari sikap saling menuduh atau memudahkan
pertanggungjawaban langsung apabila terjadi kehilangan atas uang kas tersebut.
-
Dilakukannya pengecekan
independen atau verifikasi internal.
Misalnya saja dalam
kasus penerimaan uang lewat konter penjualan, dimana biasanya supervisor akan
memverifikasi (mengecek) kebenaran atas jumlah penerimaan kas harian yang telah
dihasilkan oleh operator mesin register kas dengan cara mencocokkan antara
total catatan register kas dengan total fisik uang kas actual; sedangkan bagian
keuangan juga akan memverifikasi (mengecek) kebenaran atas jumlah penerimaan
kas harian ini dengan cara membandingkan antara salinan lembar ke dua dari
ringkasan total penerimaan kas harian dengan salinan bukti setor bank.
- Mengikat karyawan yang
menangani penerimaan kas dengan uang pertanggungan.
Pengendalian atas Penerimaan Uang Lewat Pos
Dalam hal ini, uang
diterima lewat kiriman pos ketika pelanggan membayar tagihan mereka. Kas di
sini biasanya dalam bentuk checks atau money orders. Cek akan
diterima oleh perusahaan bersamaan dengan slip berita pembayaran (pengiriman)
uang/remittance advices. Slip ini biasanya merupakan bagian dari faktur
tagihan yang telah dikirimkan pertama kali ke pelanggan pada waktu terjadinya
penjualan, yang kemudian dikembalikan lagi oleh pelanggan yang bersangkutan
bersamaan dengan pembayarannya. Slip ini berisi keterangan pembayaran, yang
memuat mengenai tanggal penerbitan (pembayaran) cek, nomor tagihan, serta jumlah tagihan bersih setelah dikurangi
dengan potongan-potongan atau penyesuaian (pengurangan) harga.
Karyawan yang membuka kiriman ini seharusnya pertama
kali mencocokkan antara jumlah kas yang diterima dengan jumlah yang tertera
dalam slip berita pembayaran. Sama seperti cash register records, remittance
advices ini berfungsi sebagai catatan
penerimaan kas pertama kalinya, dan juga untuk memastikan ketepatan
pembukuan dalam rekening pelanggan yang bersangkutan. Karyawan yang membuka
kiriman ini lalu akan memberikan stempel “Hanya Untuk Disetorkan” (“For
Deposit Only”) pada cek yang diterimanya. Hal ini dilakukan untuk menutup
kemungkinan bahwa cek akan dipakai untuk kepentingan pribadi. Bank tidak akan
memberikan kas atas cek yang telah diberi stempel ini melainkan akan
diperhitungkan langsung secara otomatis sebagai setoran ke rekening bank
perushaan. Karyawan yang membuka kiriman tadi juga akan menyiapkan sebuah list
(daftar) yang berisi cek yang diterima setiap hari. Daftar ini menunjukkan
nama pengirim (pembuat) cek, tujuan pembayaran beserta jumlahnya.
Seluruh cek yang
diterima akan diserahkan ke departemen kasir (kepala kasir), berikut remittance
advices dan daftar cek. Kepala kasir, berdasarkan cek yang diterima berikut
slip berita pembayaran dan daftar cek akan mengisi formulir setoran bank dan
membuat ringkasan total penerimaan kas harian (daily cash summary).
Salinan lembar pertama dari ringkasan total penerimaan
kas harian ini akan diteruskan oleh kepala kasir ke departemen akuntansi
sebagai dasar pencatatan atas transaksi penerimaan uang lewat pos. bukti setor
departemen kasir ke bank yang brupa salinan deposite slip dan salinan
lembar kedua dari ringkasan total penerimaan kas harian akan diserahkan
kebagian keuangan. Bagian keuangan lalu akan membandingkan antara salinan dari
ringkasan total penerimaan kas harian (yang memuat penerimaan uang lewat pos)
dengan salinan bukti setor bank. Pada akhirnya, bagian keuangan akan
mem-fotocopy salinan bukti setor bank tadi untuk selanjutnya diserahkan ke
bagian akuntansi.
Pengendalian atas Penerimaan Uang Lewat konter Penjualan
Hamper dapat
dipastikan, kita semua pasti pernah atau bahkan telah puluhan kali pergi
berbelanja ke hypermarket/supermarket, minimarket, department stote, retail
store, atau fast-food restaurants (seperti Carrefour, Superindo,
Giant, Hero, Alfamart, Indomaret, Toko Buku Gramedia, McDonald’s, Wendy’s dan
lain-lainnya). Cobalah perhatikan pada saat kita hendak mulai membayar
belanjaan yang kita beli (pesan). Operator mesin register kas (klerek) akan
menghitung jumlah keseluruhan nilai barang yang kita beli (pesan) dengan cara
memasukkan (menginput) satu per satu setiap item belanjaan, lalu nilai setiap
item belanjaan tersebut akan muncul di layer monitor mesin register kas beserta
jumlah totalnya yang harus dibayar. Kita akan membayar jumlah keseluruhan nilai
belanjaan kita berdasarkan struk yang telah dicetak dari mesin register kas
tadi.
Dalam beberapa kasus, seperti konter-konter penjualan
yang ada di Carrefour, Superindo, Hero, dan supermarket sejenis lainnya,
klerek, bahkan akan mengidentifikasi kode
barang (barcode) melalui mesin scanner, yang kemudian secara
otomatis memunculkan nama jenis barang belanjaan beserta harganya dalam layer
monitor.
Pada saat kita membayar, jangan lupa bahwa seharusnya
kita memeriksa kembali secara cermat setiap jumlah barang yang dibeli
(dipesan), dengan cara membandingkan antara data yang terekam dalam struk
dengan fisik barang belanjaan (jenis barang, kuantitas, dan harga). Data
belanjaan yang telah terekam dalam mesin register kas dan di cetak dalam bentuk
struk ini berguna sebagai alat control, yang menjamin bahwa belanjaan kita
telah di bebankan dengan benar, atau dengan kata lain untuk memastikan
keakuratan nilai belanjaan. Hal ini tentu saja sangat bermanfaat untuk
menghindari terjadinya kekeliruan, baik kesalahan yang tidak disengaja maupun
kekurangan yang disengaja oleh karyawan klerek.
Pada awal shift, biasanya supervisor akan memberikan modal (dana) kas
awal kepada setiap operator register kas untuk uang kembalian (change fund).
Dana untuk uang kembalian ini akan tersedia dalam laci masing-masing klerek.
Nanti, pada setiap akhir shift, setiap operator register kas akan
mempertanggungjawabkan uang kembalian tersebut ditambah dengan uang kas yang telah dihasilkan lewat penjualan dalam konternya. Pada
umumnya, pihak perusahaan tidak akan mentoleransi kekurangan yang terjadi dalam
penghitungan fisik atas jumlah uang kas yang harus ada di akhir shift tugas
karyawan klereknya (kecuali jika kekurangan tersebut memang dikarenkan sistem
pembulatan ke bawah yang di terapkan perusahaan). Hal ini berarti bahwa
kekurangan yang terjadi (diluar sistem perusahaan) akan menjadi tanggungan
karyawan yang bersangkutan.
Apabila kekurangan yang terjadi memang dikarenakan
sistem pembulatan ke bawah yang diterpkan perusahaan, maka pihak perusahaan
akan mencatat kekurangan kas tersebut ke dalam sebuah akun, yaitu akun “beban
atas kekurangan penerimaan kas”. Akun ini akan masuk dalam laporan laba rugi
sebagai beban operasional lain-lain.
Sebagai contoh: berikut ini adalah ayat jurnal yang perlu dibuat dalam
pembukuan perusahaan untuk mencatat beban kekurangan kas sebesar Rp. 400,-
dimana besarnya total penjualan adalah
Rp. 4.270.150,- (berdasarkan jumlah yang tercantum dalam keseluruhan struk penjualan
shift saat itu) sedangkan fisik uang kas actual yang ada adalah hanya sebesar
Rp. 4.269.750,-:
Kas
Bebas Pengeluaran Kas
Penjualan
|
Rp 4.269.750.-
400
|
Rp 4.270.150
|
Sebaliknya jika perusahaan menerapkan kebijakan atau sistem
pembulatan keatas, maka akun “pendapatan atas kelebihan penerimaan kas” akan
dikredit sebesar sebesar selisihnya ( yaitu selisih antara jumlah yang
tercantum dalam struk dengan jumlah fisik uang kas yang ada ). Akun ini akan
masuk dalam laporan laba rugi sebagai pendapatan operasional lain-lain.
Dalam praktik, ada juga perusahaan yang menggunakan akun
“selisih penerimaan kas” untuk membukukan baik kekurangan penerimaan kas maupun
kelebihan penerimaan kas (dimana akun selisih penerimaan kas akan di debet jika
terjadi kekurangan penerimaan kas, dan sebaiknya akun selisih penerimaan kas
akan dikredit jika terjadi kelebihan penerimaan kas).
Setelah uang kas diperiksa dan dihitung oleh supervisor,
supervisor akan mencatatnya, kedalam sebuah laporan perhitungan kas ( cash
count sheets ) dalam bentuk memo. Memo ini akan diparaf baik oleh klerek
yang bersangkutan maupun supervisor. Memo yang telah di paraf ini dan catatan
register kas dari masing-masing klerek berikut uang kas-nya kemudian diserahkan
ke departemen kasir (kepala kasir). Kepala kasir, berdasarkan uang kas yang
diterima dari supervisor berikut catatan register kas dan laporan perhitungan
kas akan mengisi formulir setoran bank dan membuat ringkasan total penerimaan
kas harian ( daily cash summary ).
Salinan
lembar pertama dari ringkasan total penerimaan kas harian ini akan diteruskan
oleh kepala kasir ke departemen akuntansi sebagai dasar pencatatan atas
transaksi penjualan harian. Bukti sector departemen kasir ke bank yang berupa
salinan deposit slip dan salinan lembar kedua dari ringkasan total
penerimaan kas harian akan diserahkan ke bagian keuangan. Bagian keuangan lalu
akan membandingkan antara salinan dari ringkasan total penerimaan kas harian
ini dengan salinan bukti setor bank. Atau bagian keuangan dapat juga
membandingkan antara salinan laporan perhitungan kas yang dibuat oleh
supervisor dengan salinan bukti setor bank. Pada akhirnya, bagian keuangan akan
mem-fotocopy salinan bukti setor bank tadi untuk selanjutnya diserahkan
kebagian akuntansi.
Baca juga REKONSILIASI BANK
Itulah sedikit penjelasan mengenai pengendalian internal atas penerimaan kas, semoga bermanfaat dan menambah wawasan pembaca semua. Postingan pada blog ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan jika sahabat pembaca semua menemukannya segera tulis dikolom komentar agar dapat kami perbaiki segera.
Dan apabila teman-teman ingin request tentang informasi seputar pendidikan silahkan tulis juga di kolom komentar. Terimakasih. Jangan lupa
Klik Ikuti Blog ini agar tidak ketinggalan info terbaru. Dan artikel ini di share sebanyak-banyaknya agar lebih banyak juga teman-teman kita yang mendapatkan info tentang pengendalian internal atas penerimaan kas ini.
KOMENTAR